Biar Disapu Ombak

Biar Disapu Ombak
Lupakan.. lalu semuanya akan selesai...

Jumat, 01 Februari 2013

Pada Saat Itu

Masih amat teringat dalam benakku, bagaimana kenakalan-kenakalan aku saat aku menjadi seorang karyawan. Aku tak memulai sesuatu tiba-tiba di atas. Aku memulainya semua dari bawah. Aku juga pernah bekerja sebagai karyawan rendahan. Dari seorang operator komputer di sebuah perusahaan yang besar, dan aku hanya menjadi operator komputer untuk divisinya yang paling kecil. Dengan gaji yang sebenarnya habis untuk membeli bensin mobilku. Tapi aku menjalaninya dengan amat bahagia. Waktu itu aku baru lulus SMA, dan iseng aku melamar karena membaca sebuah lowongan pekerjaan di kampus. Tanpa proses yang berbelit--belit aku diterima. Aku yakin dengan kemampuanku, komitmenku dan aku yakin yang mewawancaraiku pasti tertarik dengan jawaban-jawabanku.

Aku yakin aku bekerja dengan baik, sehingga bos ku meminta aku untuk bergabung di perusahaan pribadinya setelah kontrakku disini selesai. Siapa sih yang tidak bahagia, tak pernah melamar tiba-tiba diminta untuk bergabung. Tentu saja aku menyambutnya dengan antusias. Ibu ku jelas makin marah luar biasa. Komunikasi ku dengan ibu makin berantakan.

Demi menyelesaikan skripsi akhirnya aku kembali ke SMA ku, niatnya hanya untuk penelitian saja, tapi suster kepalaku meminta aku mengajar, karena jelas-jelas aku kuliah di IKIP. Aku sudah menolak dengan segudang alasan.. tapi susterku memaksa. Dari satu mata pelajaran sampai akhirnya menjadi tiga mata pelajaran. Pagi mengajar, siang kerja di bosku. Skripsi tak kunjung selesai. Komunikasiku dengan ibu makin dan semakin berantakan. Ulangan yang menumpuk yang harus aku periksa, kerjaan kantor juga makin menuntut perhatian karena usaha bos ku makin maju.

"Berapa gajimu menjadi guru?" tanya bosku... kusebut sejumlah yang membuat matanya membelalak heran. "Berhenti jadi guru..kerja saja disini setiap hari dengan jam kerja dari jam B sampai jam 5, saya bayar dua kali lipat dari yang kamu terima jadi guru..", perintahnya. Kepalaku tambah pusing. Membayangkan tugas guru yang tak enak. Membuat soal dan memeriksa, setiap minggu harus ulangan. Tiga mata pelajaran, belum lagi harus belajar karena harus lebih pintar dari muridnya. masih ditambah orang tua murid yang datang ke rumah meminta anaknya mendapatkan nilai yang baik agar bisa naik kelas.. malas sekali aku.  Tawaran tadi amat menggiurkan. Akhirnya aku mengundurkan diri dari sekolah. Heran juga.. buat apa kalau begitu aku sekolah di IKIP kalau tawaran bekerja lebih menarik untukku. Ibu ku tambah kecewa.. makin berantakanlah hubunganku dengan ibu.

Agar ibu tak terlalu kecewa buru-buru keselesaikan urusan kelulusan.. aku pindah jalur dari skripsi menjadi komprehensip. Aku yakin aku akan lulus, karena dosen-dosenku mengenal aku dengan baik dan aku selalu membina komunikasi yang baik dengan dosen-dosenku. Seperti dugaanku nilai ujian kompreku memuaskan. Walau aku lulus ibu tetap tak bahagia.. "bagaimana bisa S2 kalau kamu mengambil komprehensip bukan skripsi" begitu amarah ibu. Aku menjawab dalam hati.. aku nanti mau menjadi ibu rumah tangga saja.. jadi tidak perlu S2.. dan kusimpan semua keinginan untuk kuliah S2. (Setelah kuliah di S2 baru kutahu kalimat ibu itu benar.. tanpa skripsi..aku seperti orang paling beloon di kelas).

Loyalitasku tinggi sekali pada bosku.. bertahun-tahun aku mengikutinya. Dari yang hanya tukang entry sampai menjadi tangan kanan bos. Bosku amat dekat padaku. Amat baik padaku. Amat percaya padaku dan amat-amat lainnya. Dikantorku tak ada mesin absensi, sebagai akibatnya bosku amat rajin menelpon setiap pagi .. mengecek siapa yang sudah datang dan yang belum datang. "Farida sudah datang..?".. sudah bu,, mana saya mau bicara,, "Dari sudah datang.."..sudah bu.. mana saya mau bicara..dan karyawan selanjutnya. Sampai suatu saat kami bersepakat kalau terlambat dan bos sudah menelpon ..katakan ya kalau di toilet.. Sekali dua kali aman.. tapi sepandai-pandainya tupai melompat ya akhirnya jatuh juga. Akhirnya aku mendapat teguran keras, karena bosku amat percaya padaku, tapi aku berani menipunya. Setelah itu.. aku bisa menjadi lebih bijaksana.. meminta pengertian teman untuk menjadi apa adanya saja. Terlambat ya mengaku saja terlambat.

Bekerja bertahun-tahun ternyata membosankan juga. Aku iseng melamar disebuah bank umum. Aku yakin 100% pasti aku diterima, apa yang di test pada ku aku bisa, dan aku yakin pasti yang mewawancara aku akan tertarik padaku. Akhirnya aku bingung sendiri. Meninggalkan bos atau menjadi karyawan bank. Akhirnya aku tetap pada bosku. Ibuku tambah marah luar biasa. Ibuku ingin aku kerja di bank, apalagi pihak bank menelpon terus menerus ke rumah minta aku bergabung dan ibu yang menerima. Segudang nasihat tak mempan membuatku pindah. Aku malas jadi bawahan, lebih enak jadi bos kecil di tempat bosku. Disana aku bisa belajar banyak hal.

Entah kenapa partner bosku menawarkan aku untuk ikut dia. Mungkin saat itu aku sedang error tanpa pikir panjang aku mengajukan pengunduran diri pada bosku. Padahal jelas-jelas kalo bosku tahu dia akan berang luar biasa. Akhirnya aku pindah di tempat partner bosku. Baru sebulan aku sudah tak kerasan. Kerjanya hanya jalan-jalan saja seperti tak ada kerjaan. Aku melamar di perusahaan Jepang yang sangat terkenal. Di wawancara oleh orang jepang, dengan bahasa inggris ala kadarnya aku menjawab. Entah apa kriterianya.. aku diterima bekerja disini.  Apa karena aku satu lift dengan yang mewawancarai aku saat aku pertama kali datang.. dan saat aku duduk dihadapan nya aku makin yakin dia akan tertarik untuk menerimaku. Setelah diterima aku bingung sendiri. Tak enak mengajukan pengunduran diri. Ibuku marah ... karena aku tak juga mau memanfaatkan kesempatan yang tak selalu datang untuk kedua kalinya. Ah.. aku malas.. kerja di Cibitung.. jadi karyawan rendahan, lebih baik ikut partner bosku, jadi tangan kanannya.

Mantan bosku selalu menelpon.. memintaku kembali. Entah mungkin aku sedang error karena tak banyak kerjaan di tempat partner bosku..aku akhirnya minta maaf dan mengatakan aku ingin kembali saja ke bosku yang dulu. Partner bosku bertanya..apakah gajinya kurang.. bukan masalah gaji.. tapi aku malas kalau tak ada kerjaannya.
Akhirnya aku kembali lagi pada bosku. Ibuku tambah pusing..hubunganku tambah buruk dengan ibuku.

Sampai akhirnya aku memutuskan untuk berhenti karena aku sudah berkeluarga dan aku telah hamil. Bosku kecewa..kecewa luar biasa. Saat aku keluar hubungan kami menjadi tidak baik. Dia kecewa..aku kecewa. Tapi Tuhan mempertemukan kami kembali dan memperbaiki hubungan kami. Dan hubungan kami baik sampai saat ini.

Jadilah aku pengangguran.. bukankah aku kemarin pernah menjawab dalam hati aku ingin menjadi ibu rumah tangga.. jadilah aku ibu rumah tangga.. dan ternyata jadi ibu rumah tangga itu tidak membuat aku bahagia. Isinya aku hanya meributkan suamiku yang pulang terlambat karena aku sendirian di rumah. Cemburu besar jika suami keluar kota atau keluar negeri. Makin pusing... ibupun makin pusing dan memutar otak...

Intinya ibu tak ingin aku hanya menjadi ibu rumah tangga.

Kita buat BPR, apakah mau mengurus. Ya daripada mengecewakan ibu terus menerus, aku mengangguk-angguk saja. BPR apa saja aku tak tahu.. yahhh yang penting ibu bahagia dulu lah.