Biar Disapu Ombak

Biar Disapu Ombak
Lupakan.. lalu semuanya akan selesai...

Minggu, 29 Juli 2012

Cerita yang terpotong

Aku tahu dia mengikutiku.. aku menghentikan langkahku. Dia berhenti tepat didepanku. Dia hanya terdiam dan memandangku lekat. Kubuang tatapan matanya. Tatapan mata yang membuatku tak pernah memaafkan kebodohanku sendiri. Aku membalikkan badan dan melangkah ke arah yang berbeda. Aku bukan lagi aku yang dulu, yang bodoh yang bisa dia permainkan seenaknya. "Sekali ini saja,"desisnya, entah kemana suara ancamannya pergi. Aku membalikkan badan dan menatapnya tajam. Lagi-lagi mata itu mampu membuatku luluh. Cepat kualihkan mataku. "Aku tak pernah bisa memaafkan semua kebodohanku.. sampai saat ini.. Aku harap kamu masih punya hati untuk menyesali kenapa sanggup membodohi aku yang bodoh ini.."  Entah kenapa kalimat itu berhasil keluar dari mulutku setelah bertahun-tahun kusimpan sendiri dalam benakku. Aku bergegas pergi meninggalkannya yang terdiam. Dia memang hanya bisa diam dan bicara sepatah-patah. Tak pernah lebih dari itu.

Sabtu, 21 Juli 2012

SEPOTONG CERITAKU CERITAMU

Mobil itu tepat berhenti di depanku. Jelasku tahu siapa sosok di dalamnya. Jendela terbuka. Muncul sosok yang tak pernah hilang dari pikiranku yang tersesat. "Naik...perintah ini mungkin tak kan pernah kau dengar nanti". Mungkin.. masih mungkinkan. "Naik..atau kau akan menyesal seumur hidupmu" Menyesal???? mungkin dia yang akan menyesal. Bukan aku. "Naik... ini perintah terakhir"..ahh ini bukan lagi perintah tapi sudah ancaman. Perintahnya dari dulu memang selalu penuh ancaman. Aku tak suka diancam. Gas mobilnya mulai mengerang. Matanya menatapku lekat. Ahhh mata itu... (potongan cerita dari Sepotong Ceritaku Ceritamu...yang kubuat saat tersesat. Tapiii kok kayak cerita ftv yaaa yg suka lebay...ganti ah ganti....)

Senin, 16 Juli 2012

Cintaku

Cintaku lebih dalam dari kata2..
Kenapa kau paksa aku tuk buat selembar surat cinta
Cintaku tak bisa diungkap dalam kata.
Cintaku cinta dalam diam..

Cintaku tak kan terungkap..
Walau kau paksa ku tuk tuang dalam kata..
Cintaku tak bisa kau baca..
Seindah apapun ku menulisnya..
Cintaku hanya bisa kau rasa..

Cintaku tak perlu kutulis..
Cukup kau rasa dalam diam..
Setianya spt deburan ombak di pantai..
Tulusnya seperti lilin dalam gelap malam..
Yg bila kau rindu..
Cukup kau berdiri ditepi pantai dan pandangi bintang dilangit..

SUDUT PANDANG

Bagaimana menyamakan sudut pandang..
Kau punya
Aku punya
Mereka punya..
Punya sudut pandang sendiri

Ada sudut pandang yang radikal
Ada sudut pandang yang konvensional
Ada sudut pandang yang selalu kontra
Ada sudut pandang yang tak jelas

Ada sudut pandang kaum mayoritas
Ada sudut pandang kaum minoritas
Ada sudut pandang pribadi
Ada sudut pandang karena sebab akibat

Kau bisa saja benar..kau juga bisa saja salah
Aku bisa saja benar..aku juga bisa saja salah
Mereka pun demikian...
Bisa benar dan juga bisa salah..

Semua bergantung pada satu hal.. darimana kita melihatnya...
Tapi sangat sulit kita melihat pada sudut yang sama...

Jumat, 06 Juli 2012

BERJALAN BERSAMA PUTRIKU

Entah kenapa putri keduaku terlihat antusias untuk pergi ke BPR bersamaku. Tapi aku tidak mau pekerjaan teller ya mami, aku mau di dalam saja. Begitu pesannya terus menerus. Akhirnya putriku ikut pergi ke Subang untuk mendatangi nasabah yang mengajukan kredit.

Aku lihat dia tak menikmati perjalanan. Dia tak melihat lalu lintas, pemandangan atau apapun yang kami lewati. Aku paling tak suka bekerja yang perjalanannya jauh Mami. Begitu komentarnya.

Sampai di tempat nasabah yang dituju baru kelihatan antusiasnya. Menyimak, mengecek berkas, bahkan ikut keliling melihat kondisi jaminan dan usaha. Aku sendiri agak jengah dengan sambutan nasabah ini. Feelingku mengatakan sesuatu yang kurang enak. Dari melihat begitu banyak makanan dan minuman di meja aku sudah merasa mulas. Aku tak mengerti apakah tradisi ini menjadi kebiasaan di tempat ini.

Proses wawancara kurang mendapatkan hasil yang baik. Pertanyaan dijawab dengan berputar-putar. Dan ada satu orang laki-laki yang tak jelas hubungannya dan feelingku mengatakan dia tak lebih dari seorang mediator yang selalu membantu nasabah itu menjawab. Lebih parahnya nasabah itu tak mampu menjawab berapa penghasilan yang diterima setiap bulannya dan sang mediator dengan cepat yang menjawab. Ketika dijawab dan kemudian kami menanyakan dengan rinci satu persatu, satu bulan berapa motor yang terjual, berapa mobil yang terjual, jawabannya pun tak cocok juga. Saat ditanya soal usaha franchise yang berdiri megah di tanahnya, pun tak mengerti apa-apa. Feelingku tanah ini hanya disewa untuk usaha tersebut.
Dan ketika kami pulang nasabah ini memberikan satu  keranjang dan ketika aku menolaknya dengan halus dan sambil meminta maaf untuk penolakannya ini, mereka malah mengatakan akan memberikan uang bensin. Aku menolaknya dengan halus dan sedikit tegas. Aku melihat raut muka mereka berubah menjadi kecewa. Ku sampaikan maaf untuk penolakan ini. "Anggap saja ini tanda persaudaraan dari saya, kreditnya ditolak juga tidak apa-apa" begitu katanya terus menerus. Sekali lagi aku memohon maaf.

Putriku melihat itu semua. Melihat proses dari kami datang sampai kami pulang. Mami.. apakah semua orang yang disurvey seperti itu. Aku menjawab tidak semua. Bukankah bisa saja dia tak mengetahui berapa penghasilannya sebulan? tanyanya lagi. Ya bisa saja tapi kita sudah berusaha memandu satu persatu dengan bahasa yang sederhana, aku mencoba menjelaskan.  Apakah setiap orang saat mengajukan pinjaman belum tahu berapa kemampuannya untuk membayar? apakah asal minta saja? apakah mbah juga bisa menghitung berapa penghasilannya? dan masih banyak apakah lainnya yang ditanyakan putriku.

Apakah Tessa tertarik dengan pekerjaan ini? aku balik bertanya dengan mengharapkan jawaban "aku tertarik mami". Aku tak suka pekerjaan ini. Aku ingin menjadi dokter atau belajar teknik kimia. Tapi aku pikir lebih baik aku mempelajari tehnik kimia, aku ingin kerja di pertamina atau di nestle. Dokter memelukan biaya yang besar dan lama. Aku ingin segera bekerja..teknik kimia sepertinya pilihanku mami. Atau aku masuk IPB masuk teknik pangan. Bukankah setiap orang harus makan mami.. dan aku rasa ini pilihan yang terbaik untukku...

Aku akui aku sedikit kecewa dengan jawabannya tapi hatiku  bangga. Anakku sudah bisa menetapkan pilihannya dengan bebas. Aku ingat ucapan ibuku.. kita mempunyai kebebasan memilih dan memilih tidaklah mudah..tapi lebih tak mudah untuk setia pada pilihan kita. Aku berharap putriku mantap dengan pilihannya.. dan sehingga jelas kemana mengarahkan kakinya untuk melangkah..

Aku bersyukur untuk perjalanan sepanjang satu hari ini....