Biar Disapu Ombak

Biar Disapu Ombak
Lupakan.. lalu semuanya akan selesai...

Kamis, 09 Mei 2013

Terima Kasih untuk Hari ini

Hari ini aku dan anak-anakku menemani Yo mengunjungi mall favoritnya. Jangan heran kalau mall favoritnya jauh dari rumah. Mall Cijantung. Kenapa? Di mall ini Yo bisa langsung menuju ke lokasi dimana toko yang menjual stiker dan bendera yang menjadi koleksinya mudah diakses dengan kemampuannya yang terbatas.

Berjalan di mall ini, sepertinya aku melihat para penjual sudah mengenal Yo dengan baik. Penjual majalah sudah bisa berkomunikasi dengan baik, dia tahu persis apa yang biasa dibeli Yo. Majalah Asri, Laras dan tabloid yang menyangkut bola. Yang menjual bendera pun tak hilang akal agar koleksi benderanya dibeli oleh Yo. Mereka berkomunikasi dengan gambar. Yo memang mengoleksi bendera negara, biasanyanya sih bendera negara yang club sepakbolanya dia kagumi. Ternyata Yo pesan bendera Yunani dan Spanyol. Pasti itu terkomunikasikan dengan gambar.

Begitu juga penjual stiker.. sepertinya juga sudah mengerti bagaimana harus melayani Yo. Anak-anakku tertawa-tawa melihat kejadian hari ini. Tak ada rasa malu dengan kondisi papinya yang banyak kekurangan.

Libur satu hari ini, yang tadi pagi kami awali dengan mengikuti kebaktian Kenaikan Tuhan Yesus, kami tutup dengan nonton Cinta Brontosaurus yang konyol. Yaaa.. apakah cinta perlu dipertanyakan alasannya...begitulah yang aku ingat dari film itu.. cinta itu perlu diperjuangkan.. cinta itu kadang pahit, kadang ada marah, ada ribut..tapi juga banyak manisnya...

Bapa.. terima kasih untuk cinta dari orang-orang tercinta...

Saat Ku Menatapnya

Penyakit sulit tidurku sepertinya mulai kumat kembali. Semua sudah terlelap malam ini. Tapi aku.. tak sedikitpun aku merasakan kantuk. Padahal tadi sore telah kutelan obat penghilang rasa sakit kepala karena sakitnya sudah tak tertahankan. Lagu-lagu pengantar tidur sudah aku kumandangkan tapi tak mampu mengundang mataku terlelap. 

Yo sudah terlelap sejak tadi. My Baby baru saja terlelap setelah kedua kakaknya terlelap lebih dahulu. Kurasa My Baby mulai terjangkiti penyakit yang sama denganku. Sulit tidur dan sulit bangun di pagi hari. Alhasil sering terlambat. Bahkan pernah terlambat dan tak diijinkan masuk kelas beberapa kali. Tapi herannya My Baby tak pernah hilang akal. Dari meminta pak Salam, driver kami untuk membuat surat bahwa mobilnya bermasalah dijalan, sampai mengendap-ngendap masuk kelas. "Aku heran dengan sekolah ini mami.. kenapa anak mau belajar kok dipersulit..."begitu ia mengeluh yang membuatku hampir tersedak. Aku sendiri juga heran kenapa sekolah ini selalu memulangkan anak-anak yang terlambat. Ya kalau kembali ke rumah.. kalau pergi yang tak jelas tujuannya kan malah merepotkan orang tua. "Seharusnya anak-anak yang telat itu diminta meringkas saja pelajaran yang tak mereka sukai.."pernah aku berkata seperti itu kepada My Baby dan ia menjawab.."aku lebih suka diminta membaca dan meringkas berlembar-lembar mami daripada disuruh pulang". "Tapi mami.. kalau gurunya gak asyik..kalau disuruh pulang enak juga.." kadang My Baby setuju dengan peraturan itu. Perkataan guru gak asyik menggelitikku untuk melontarkan pertanyaan apa kriteria guru gak asyik. Ternyata guru gak asyik itu guru yang meminta muridnya mencatat apa yang ditulis gurunya di papan tulis. Kalau cuman nyalin mah gak usah ada guru mami.. kita juga bisa sendiri..". Anak sekarang memang kritis-kritis kadang aku sering kehabisan kata.

Memandangi ketiga putriku yang telah terlelap membuatku makin mengucap syukur. Bersyukur dikarunia mereka dalam hidupku. Walau kondisi Yo tak bisa membantuku merawat anak-anak dan mencukupi semua kebutuhan anak-anak, aku merasa kuat menjalani semuanya. Putri-putriku adalah putri yang teramat manis untukku. Mereka punya keiinginan yang tak terpatahkan. Mereka tak mudah menyerah jika menginginkan sesuatu. Untuk mempertahankan ranking putriku rela belajar hingga larut malam dan membuang semua keinginannya untuk bermain. Untuk mendapatkan sekolah yang dituju mereka sudah berjuang dari semester satu diawal sekolah. Kadang aku malu jika memandingkan semangat belajarku dengan semangat belajar mereka.

Begitu juga jika mereka ingin menonton konser. Mereka tak pernah merepotkan aku. Menabung jauh-jauh hari. Namun jika kondisinya uangnya tak ada merekapun tak hilang akal. Seperti Konser Mika besok, mereka bisa mengupayakan tiket sendiri tanpa harus menguras kantongku. Mencari kuis yang menghadiahi Tiket untuk menonton konser. Dan mereka berhasil mendapatkan 4 tiket sekaligus. "mami mau ikut gak nonton konser..kita deh yang siapin tiketnya.." ajak putri-putriku. Besar keinginanku untuk menemani mereka seperti saat konser-konser sebelumnya. Tapi kakiku sudah bukan kaki tahun-tahun yang lalu.. sudah tak kuat aku berdiri terlalu lama. Akhirnya tiket jatahku dilepas oleh mereka dengan harga Rp. 450.000,00, untuk uang taksi dan uang makan mereka saat nonton besok. Aku menyimak diam-diam rencana ketiga putriku untuk persiapan menonton konser besok. Kedekatan mereka, keakraban mereka sungguh luar biasa.

Handphone, jejaring sosial  bukanlah momok yang perlu aku takutkan. Karena putriku tahu persis apa yang bisa dimanfaatkan dengan HP dan notebook yang berada di tangannya. Menulis Blog tentang fashion dengan konsisten, membaca kalimat-kalimat motivasi, mencari uang dari kuis atau lomba-lomba yang ada di twitter, bahkan mencari tiket gratis untuk menonton konser. Aku tak bisa marah jika mereka asyik dengan HP nya. Tak ada alasan yang bisa aku jadikan alat untuk membuat mereka meletakkan HP. Meminta mereka belajar dan menghentikan aktifitas ber HP nya pun tak bisa, karena mereka semua punya prestasi yang baik di sekolah. Paling disaat aku merasa diabaikan karena mereka asyik sendiri baru aku merajuk meminta perhatian mereka.

Memandangi ketiga putriku.. membuatku amat bersyukur.. ditengah beratnya beban yang aku rasakan.. mereka merupakan penghiburan untukku yang amat luar biasa. Aku kuat, aku semangat, aku termotivasi.. sungguh karena putriku. Merekalah role model untukku.. kadang aku malu sebagai mamanya yang tak bisa mencapai target yang ada dalam impianku.. aku kalah jauh dibanding dengan mereka bertiga. Aku tahu kenapa mereka bisa berpikir sejauh itu.. "aku bangga pada mbah (ibuku).. aku ingin nanti diwaktu tua bisa seperti mbah.."begitu ketiganya selalu berkata. Ya.. semua karena almarhumah Ibuku..

Ya Bapa.. beri aku kesehatan..kekuatan ..kesempatan untuk selalu bisa memberikan yang terbaik utuk ketiga putri-putriku.

Sampai kalimat-kalimat yang aku tuliskan mulai tak beraturan, sampai aku kehilangan kalimat  yang akan kutuliskan..kantukku tak kunjung juga tiba.. entah lari kemana kantukku sehingga sulit aku mengejarnya....