Biar Disapu Ombak

Biar Disapu Ombak
Lupakan.. lalu semuanya akan selesai...

Minggu, 04 September 2011

Tell the truth, deliver your promise and be fair.


Organizations are no longer build on force, but on trust, begitu kata Peter F. Drucker.

Masih dalam buku yang sama Leadership in Action, Subarto Zaini membahas mengenai kepercayaan.

Apakah kepercayaan itu?
Kita sering bicara tentang kepercayaan, tapi apakah arti dari kepercayaan itu sendiri. Jack Welch mengatakan bahwa kepercayaan itu baru dapat kita pahami ketika kita merasakannya. Kepercayaan terjadi ketika para pemimpin bersikap transparan, terus terang dan memegang teguh ucapannya. Tidak pagi kacang sore kedelai, mungkin seperti itu maksudnya.

Stephen M. R. Covey berkali-kali mengatakan bahwa rendahnya kepercayaan akan berdampak negatif yang sangat besar dan kepercayaan yang tinggi memberikan dampak yang luar biasa.
Dalam bukunya yang berjudul The Speed of Trust, Stephen menyampaikan bahwa ketika orang tidak percaya, maka segala hal akan berjalan lambat karena perlu pemeriksaan, pengecekan, diyakinkan berkali-kali, sehingga bukan saja perkerjaan berjalan lambat tetapi biayanya pun menjadi tinggi. Sebaliknya bila orang percaya, maka semuanya akan berjalan lebih lancar dan cepat, serta biaya pun dapat dihemat.

Diceritakan tentang Jim, seorang penjual donat dan kopi di jalanan di New York City. Selama waktu sarapan dan makan siang, tokonya selalu dipenuhi antrian orang yang ingin membeli donat dan kopinya. Beberapa orang yang tak suka mengantri memutuskan untuk tidak membeli donat dan berlalu pergi. Akhirnya ia memutuskan untuk menaruh sekeranjang uang pecahan kecil dan membiarkan pelanggannya untuk membayar dan mengambil sendiri kembaliannya. Awalnya ia menyangka akan mengalami kerugian namun ternyata Jim malah menemukan bahwa banyak pelanggan justru memberi tip dalam jumlah besar. Ini juga mempercepat antrian orang yang akan membeli donatnya, sehingga dia bisa menjual lebih banyak donat. Jim menemukan bahwa pelanggannya senang merasa dipercaya. Bukankah kita juga demikian.

Kata-kata ini tepat adanya. Hal ini sering kita rasakan dalam kehidupan berorganisasi. Saat kepercayaan satu sama lain amat tinggi, rasanya semua mudah sekali untuk dibangun, dari kebersamaan sampai semua mimpi mudah menjadi kenyataan. Namun saat kepercayaan begitu rendah, curiga antara yang satu dengan yang lain, yang ada bukan lagi kebersamaan tapi permusuhan, dukung mendukung yang tak jelas, pembentukan kubu yang entah untuk tujuan apa. Akhirnya isi pertemuan, isi meeting hanya membahas masalah ketidakpercayaan, kesalahpahaman dan perseteruan. Hati tak damai, kerja tak semangat. Energi kita habis hanya untuk menyelesaikan konflik. Itu jika bisa diselesaikan. Konflik malah kadang menjadi berkepanjangan, entah sebenarnya apa yang dicari oleh setiap orang yang ada di organisasi ini.

Bagaimana agar kita dapat menjadi Pemimpin yang dipercaya.
Ternyata tugas utama kita sebagai pemimpin adalah membangun rasa percaya. Ada dua hal yang mempengaruhi kepercayaan anggota tim kepada kita yaitu karakter dan kompetensi kita.
Karakter disini mencakup integritas dan niat baik kita. Sementara kompetensi mencakup kemampuan, ketrampilan, kinerja, dan rekam jejak kita.

Kita sebagai pemimpin juga harus mempercayai tim kita. Bukan kepercayaan tanpa ekspektasi dan akuntabilitas, melainkan percaya yang cerdas, yaitu dengan ekspektasi yang jelas dan sistem akuntabilitas yang dibangun terintegrasi ke dalam sistem organisasi. Pemimpin yang baik sadar bahwa suasana saling percaya harus dibangun dan akan berpengaruh besar pada setiap hubungan, setiap komunikasi, setiap proyek, dan setiap kerja sama bisnis. Ketika saling percaya hadir, maka segalanya akan berjalan lebih cepat dan biaya pun akan lebih murah.

Suasana saling percaya perlu secara khusus dibangun, dimulai dari membuat diri kita sendiri bisa dipercaya. Sifat-sifat baik seorang pemimpin yang akan membuatnya dipercaya antara lain adalah berbicara jujur, menghargai orang lain, membangun transparansi, memperbaiki hal-hal yang tidak benar, menghasilkan kinerja yang baik, bertanggung jawab, mendengarkan, menjaga komitmen, dan mempercayai tim.

Menelusuri tulisan Subarto Zaini di buku ini, ternyata juga mengalami pengalaman yang sama. Disaat kepercayaan rendah, disaat waktu dan energi hanya terkuras untuk menyelesaikan konflik, pengambilan keputusan menjadi sangat lamban dan bertele-tele, penulis buku ini akhirnya memilih untuk mundur dari tempat bekerjanya. Tak ada yang bisa diubah dan perlu dipertahankan.

Menurut penulis kepercayaan bisa kita bangun dengan menjalankan 3 hal yang disampaikan oleh George Tahija, yang ada dalam konsep Good Corporate Governance (GCG). Hanya dengan menjalan tiga hal ini saja sudah cukup untuk membangun kepercayaan, yaitu Tell the truth, deliver your promise and be fair. Cukup kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, di organisasi, di keluarga, dan di masyarakat, maka kepercayaan akan terbangun.

---------------
Kepercayaan adalah dasar kepemimpinan. Saat melanggar kepercayaan yang diberikan oleh anggota tim kita, maka tamatlah riwayat kita sebagai pemimpin.
John C. Maxwell
________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar