Sebenarnya waktu mengikuti TOT bukan karena panggilan dari dalam diri. Hanya tak ingin mengecewakan seorang teman yang selalu memberikan support dan dukungan. Apalagi ibuku saat kuceritakan bahwa aku ingin ikut TOT juga menyatakan dukungannya. Apa boleh buat. Berangkatlah aku kesana tanpa persiapan.
Sebenarnya aku tak begitu cocok dengan metodologi pelatihannya. Tapi ya harus diikuti. Dari mendengar icebreaker yang menyudutkan wanita dan kadang-kadang melecehkan wanita... sampai perbedaan persepsi mengenai tandem.
Sebenarnya tak enak juga mendapat fasilitator yang notabene temen sendiri. Mana enak mereka memberi aku nilai yang jelek. Ya nilai minimum pasti akan diberikanlah. Jadi... ini nilai yang murni atau nilai pertemanan...menjadi tak jelas.
Sebenarnya aku sebel sekali dengan teman2 sekelas yang sengaja menjadi PP biar aku menjadi kebingungan. Kadang-kadang tanpa kompromi. Uh.. meyebalkan juga lagak dan gayanya. Tapi aku harus berterima kasih pada mereka.. seperti inilah nanti kenyataan yang harus aku hadapi. Murid suka-suka.... so.. terima kasih teman..
Sebenarnya melihat nilai yang aku terima menjadi setengah tak percaya.. jika melihat bagaimana aku belajar... ah boro2 bisa dibilang belajar... membacanya saja di taxi di pagi hari.
Sebenarnya aku malu...bisa lulus.... karena menurut aku..aku masih banyak sekali kekurangannya... dan masih memerlukan banyak pembuktian bahwa aku memang pantas dinyatakan sebagai seorang fasilitator.....
itu nilai kamu yg sebenarnya, bukan karena teman...
BalasHapus