Sebenarnya ini hanya sebuah ketidaksengajaan saja... ketika sore itu tiba-tiba membahas soal artikel menjelang hari Kartini untuk sebuah Media. Sebenarnya pembicaraan sore itu intinya menyampaikan sebuah ketidakpantasan diri jika menjadi inspirasi menjelang hari Kartini, dan menawarkan diri untuk membuat sebuah artikel yang terkait dengan kartini saja. Dari wanita .. untuk wanita dan oleh wanita...
Entah kenapa rasanya bayang-bayang wajah Kartini mengikuti saja seharian kemarin... aku membayangkan seorang wanita yang begitu anggun.. berkebaya.. dan punya mimpi yang tinggi.. walaupun dia hanya disebuah daerah yang kecil.. dan terpingit.. tapi dia tak pernah menurunkan kualitas mimpinya.. tapi terus menerus meningkatkan kualitas dirinya untuk meraih impian-impiannya....
Seperti aku baca demikian dari Wikipedia
Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.Kartini mampu melakukan dari hal yang sederhana dalam pingitannya... membaca buku, surat kabar, majalah, dan membuat catatan-catatan serta mengutip beberapa kalimat dari buku-buku yang pernah dibacanya. Kartini pun rajin menulis dan beberapa kali mengirimkan tulisannya ke media. Dan semuanya itu mampu meningkatkan kualitas dirinya untuk meraih impiannya...
Lalu kenapa kita yang tak dipingit.. malas membaca... malas membuat catatan.. malas menulis.. kenapa kita menurunkan kualitas mimpi kita karena itu semua... ???
Sudah saatnya kita tak menurunkan kualitas mimpi kita karena keterbatasan kita... tapi kita balik sekarang.. kita tingkatkan kualitas diri kita untuk meraih impian kita... Ayo kita mulai dari sekarang.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar