Berorganisasi disini lama-lama bikin aku makan hati. Organisasi ini yang berisi direksi-direksi ini lama-lama seperti menyiksaku. Aku pikir dengan isinya direksi-direksi maka mental pemimpin akan ada disini. Ternyata tidak. Dari cara komunikasi yang sesukanya saja aku rasanya bisa patah hati. Bener-bener jauh dari cara orangtuaku mengajarkan aku. Kadang kalau aku kesal, nasihat orang tuaku seperti menguap entah kemana dan aku mengikuti saja pola komunikasi mereka.
Coba bayangkan sebentar..
Jika SMS sudah berkali-kali tak juga dibalas, di telepon berkali-kali tak juga diangkat.
Katanya sudah punya BB dan Ponsel Android sampe Apple, tapi soal email saja bikin ribet, yang katanya belum bisa bukalah, gak masuklah etc lah yang bikin jadi sakit gigi.
Belum lagi BBM yang sudah bertanda centang R, tapi tak juga dibalas.
Diundang rapat sulitnya minta ampun, tapi habis itu mengeluh tak pernah dapat undangan. Padahal sudah jelas terima email, terima faks bahkan sudah menjawab konfirmasi yang jawabannya "diusahakan.. kalau keburu.. insya Allah.. selesai meeting baru bisa kesana".
Walau ditanya baik-baik tak menjamin hasilnya baik. Bisa kalimat tak terduga yang keluar sebagai jawaban.
Ahh.. kadang aku sedih..
Dapat jabatan dapat amanah kok hanya mau ditulis namanya saja. Tapi begitu mau dihapus jabatannya dan diganti oleh orang lain yang mau berperan serta, bisa bikin geger dunia persilatan.
hah.. rasanya mau sesak aku menuliskan semua ini. Tapi aku memang sedang merasa sesak. Sedang merasa sedih. Oh seperti inilah yang ada di depanku.
Belum lagi tanggung jawab dikerjakan sudah meributkan uang transport uang lelah. padahal mungkin kalo di Kantor menasehati anak buahnya seperti ini "kerjakan nanti uang akan mengikuti..".
Rapat maunya ditempat bergengsi. Kalau undangannya di hotel mewah rasanya bak orang yang dihormati. Pelatihan di hotel yang kecil tapi resik nan asri pun dan pelatihannya sudah dikemas sebaik apapun tetap saja rasanya gengsi.
Baru dapat undangan dari BI, OJK etc lah.. bak rasanya orang yang terkenal. Tidak tahu dia namanya muncul karena direfernsikan oleh pengurus lain.
Rasanya kita itu keberatan jabatan Direksi. Tapi mental bukan mental pemimpin. Mengagungkan rasa hormat dari orang lain, penghargaan dari orang lain, tapi kita kurang bisa menghargai orang lain. Datang rapat sesukanya, tak bisa datang pun cuek saja. Bertanya kek tadi rapat membahas apa saja ya, lalu saya bagaimana ada yang bisa saya bantu gak ya.. hahhh boro-boro deh bakalan muncul pertanyaan seperti itu.
Belum ditambah Konflik yang bikin hati rasanya nelangsa. Bertanya-tanya setiap sebelum tidur, apa sebenarnya tujuan berorganisasi ini kalo isinya hanya mau hebat sendiri, mau menang sendiri, dan gak peduli aturan main. Sikat menyikat seperti hal yang lumrah. Jelek menjelekkan seperti makanan sehari-hari. Fitnah sana sini hal yang biasa.
Karena saat jaya sombong, saat jatuh pun juga jadi perguncingan. DOT lah.. Fraudlah.. Kredit bodong lah.. kalaupun baik itu cuman dipermukaan. Semua pasti menjauh, seperti diri kita sendiri paling bersih. Bahkan kita sudah salah masih merasa benar.
Ahhh.. kadang aku bertanya.. kenapa aku terlalu mencintai organisasi ini ? Sedangkan isinya sudah membuat tidurku tak lagi senyenyak dulu. Hatiku nelangsa dan menangis menangisi kondisi yang sulit aku terima.
Kita ini siapa sih.. direksi bank kecil. Yang satu saat akan berhenti masa jabatannya. Yang satu saat bisa saja kita lalai dan kepleset.. bukan mahluk yang sempurna.. yang satu saat juga butuh bantuan dan uluran tangan orang lain. Ahh kenapa sih kita harus sombong.. harus gengsi.
Mungkin memang benar bukan tempatku disini. Terlalu lelah rasanya disini. Tapi rasa cintaku untuk berbuat yang bisa aku lakukan sepertinya memanggil-manggil.. apalagi ketika kutahu tak ada lagi orang yang peduli. Semuanya hanya bisa kasih komentar..hanya kasih saran tapi ogah mengeksekusi. Dan semuanya rasanya sulit mendengar.. dan cari selamat.
Tapi ketika ku mendengar cerita temanku di organisasi yang lain.. sepertinya nampaknya sama saja,
Ahhh sepertinya sudah lupakan saja soal organisasi. Sudah harus berkorban waktu tenaga materi masih juga korban perasaan. Lebih baik mengurus yang lain saja. Yang menghasilkan. Yang memperkaya waktu, tenaga, materi dan perasaan. Rasanya sudah cukup aku mencicipi getirnya berorganisasi. Padahal manis yang kuharapkan amat sederhana.. kebersamaan, kerukunan, kerjasama dan saling dukung serta saling menghargai sehingga organisasi kita tak dipandang sebelah mata..
ah.. permintaan mu itu tidak sedikit Riwandari.. sudahlah..lupakan.. banyak hal kok yang bisa kamu kerjakan diluar ini.. yang melapangkan perasaan mu dan membuat hatimu lebih bahagia. Dan bersyukurlah di organisasimu itu tidak ada orang seperti Ruhut dan Hotman.. yang bicaranya lebih sulit kau cerna dan kau terima.