Awalnya aku tak pernah memikirkan untuk memampirkan Simolek di kantorku. Sebagai pengurus tentunya aku harus berupaya mementingkan kepentingan anggota. Tapi lagi-lagi Simolek tak nampak seksi karena lagi-lagi kurang peminat. Entah kenapa Simolek ini kurang peminat. Apakah karena waktunya yang mendadak atau informasi yang tak sampai.
Tak pernah aku menjadwalkan BPR ku untuk ikut beredukasi di BPR ku. Waktu Simolek pertama kali ditawarkan kepada DPD DKI untuk digunakan di BPR-BPR anggotanya, waktunya lebih sempit dan mendadak dari Simolek tahap II ini. Masih terbayang dengan jelas, surat kepada ketua-ketua DPK sudah dikirimkan tapi tak ada yang merespon. Akhirnya ditelelpon satu-satu jawabannya akan dirapatkan lebih dahulu dengan anggota. Staff OJK sudah menelpon terus menerus menanyakan kapan Simolek akan diambil. Akhirnya aku menelpon beberapa BPR sekiranya mau membantu. Akhirnya Simolek pun tertarik dari OJK. Tapi bukan berarti setelah tertarik dan berpindah tempat ke sekretariat semua menjadi jelas. Ketua DPK ditelpon lagi satu persatu, jawabannya tetap sama. Mau rapat dulu dengan anggota. Akhirnya dengan sedikit memaksa akhirnya Simolek bisa berpindah tangan.
Sampai akhirnya ada DPK yang terlambat mengambil Simolek. Daripada Simolek diam saja akhirnya aku meminta staff di kantorku untuk bergerak. Dari berfoto bersama di depan kantor, memanggil masyarakat yang lewat depan kantor agar mau mampir menjenguk Simolek dan mendengarkan sebentar saja penjelasan tentang Bank, dan membawanya keliling. Acara dadakan ini ternyata mendapat antusias dari sekolah yang dikunjungi.
Bersyukur nasib Simolek ditahap kedua ini lebih baik. Walau awalnya pun sulit juga mengeluarkan Simolek dari kandang di OJK karena tak ada kabar berita tentang siapa yang akan mengambil Simolek setelah surat beredar. Akhirnya Simolekpun terpaksa dimampirkan lebih dahulu ke sekretariat agar lebih menarik untuk ketua DPK karena Simolek sudah dekat dengan lokasi mereka dan bisa diambil kapan saja 24 jam.
Simolek kali ini sedikit menjadi rebutan. Puji Tuhan ini sudah lebih baik dari tahun kemarin. Lalu kalau jadi rebutan kok bisa ada yang terpaksa dibawa ke kantor ? Ini karena tak ada yang mau memakai dan tak ada yang mau mengambil. Ya lagi-lagi tak ingin membuat Simolek sedih, akhirnya aku ambillah Simolek. Di grup sudah ditawarkan siapa yang mau memakai simolek.. tapi ternyata tak ada. Setelah mendapat kepastian bahwa memang benar-benar tak ada yang ingin Simolek, akhirnya Simolek aku bawa ke kantor. Dikantorku Simolek tak akan kesepian.. karena Simolek adalah tamu Istimewa yang harus kami temani dan ajak keliling ke sekolah dan perumahan disekitar kantor kami.
Banyak PR tentang Simolek.. Dari Soal Jadwal Simolek, Berapa jumlah Simolek yang akan diberikan oleh OJK, Bagaimana penyampaiannya kepada DPD, dan Bagaimana membuat DPD Pro aktif menyampaikan kepada ketua-ketua DPK dan bagaimana membuat ketua DPK menyampaikan kepada anggota-anggota. Bagaimana membuat Event besar secara nasional maupun daerah setempat. Pengurs boleh saja berencana.. tapi anggota pula yang menentukan. Perlu peran serta seluruh anggota yang dikomandani oleh Ketua DPK dan ketua DPD setempat.
Inilah kadang yang membuat saya sedih. Surat sudah diedarkan.. sepi tanggapan.. tapi begitu memerlukan sepertinya tidak bisa mendengar kata "akan kami usahakan" apalagi kata "TIDAK".
Simolek adalah PR besar untukku.. bagaimana berita Simolek bisa tersebar keseluruh anggota, bila saluran komunikasi dari DPD tak sampai pada DPK/anggota atau dari DPK ke anggota. Aku yakin Simolek pasti dibutuhkan seluruh anggota.. informasinya saja yang belum tersampaikan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar