Aku lihat dia tak menikmati perjalanan. Dia tak melihat lalu lintas, pemandangan atau apapun yang kami lewati. Aku paling tak suka bekerja yang perjalanannya jauh Mami. Begitu komentarnya.
Sampai di tempat nasabah yang dituju baru kelihatan antusiasnya. Menyimak, mengecek berkas, bahkan ikut keliling melihat kondisi jaminan dan usaha. Aku sendiri agak jengah dengan sambutan nasabah ini. Feelingku mengatakan sesuatu yang kurang enak. Dari melihat begitu banyak makanan dan minuman di meja aku sudah merasa mulas. Aku tak mengerti apakah tradisi ini menjadi kebiasaan di tempat ini.
Proses wawancara kurang mendapatkan hasil yang baik. Pertanyaan dijawab dengan berputar-putar. Dan ada satu orang laki-laki yang tak jelas hubungannya dan feelingku mengatakan dia tak lebih dari seorang mediator yang selalu membantu nasabah itu menjawab. Lebih parahnya nasabah itu tak mampu menjawab berapa penghasilan yang diterima setiap bulannya dan sang mediator dengan cepat yang menjawab. Ketika dijawab dan kemudian kami menanyakan dengan rinci satu persatu, satu bulan berapa motor yang terjual, berapa mobil yang terjual, jawabannya pun tak cocok juga. Saat ditanya soal usaha franchise yang berdiri megah di tanahnya, pun tak mengerti apa-apa. Feelingku tanah ini hanya disewa untuk usaha tersebut.
Dan ketika kami pulang nasabah ini memberikan satu keranjang dan ketika aku menolaknya dengan halus dan sambil meminta maaf untuk penolakannya ini, mereka malah mengatakan akan memberikan uang bensin. Aku menolaknya dengan halus dan sedikit tegas. Aku melihat raut muka mereka berubah menjadi kecewa. Ku sampaikan maaf untuk penolakan ini. "Anggap saja ini tanda persaudaraan dari saya, kreditnya ditolak juga tidak apa-apa" begitu katanya terus menerus. Sekali lagi aku memohon maaf.
Putriku melihat itu semua. Melihat proses dari kami datang sampai kami pulang. Mami.. apakah semua orang yang disurvey seperti itu. Aku menjawab tidak semua. Bukankah bisa saja dia tak mengetahui berapa penghasilannya sebulan? tanyanya lagi. Ya bisa saja tapi kita sudah berusaha memandu satu persatu dengan bahasa yang sederhana, aku mencoba menjelaskan. Apakah setiap orang saat mengajukan pinjaman belum tahu berapa kemampuannya untuk membayar? apakah asal minta saja? apakah mbah juga bisa menghitung berapa penghasilannya? dan masih banyak apakah lainnya yang ditanyakan putriku.
Apakah Tessa tertarik dengan pekerjaan ini? aku balik bertanya dengan mengharapkan jawaban "aku tertarik mami". Aku tak suka pekerjaan ini. Aku ingin menjadi dokter atau belajar teknik kimia. Tapi aku pikir lebih baik aku mempelajari tehnik kimia, aku ingin kerja di pertamina atau di nestle. Dokter memelukan biaya yang besar dan lama. Aku ingin segera bekerja..teknik kimia sepertinya pilihanku mami. Atau aku masuk IPB masuk teknik pangan. Bukankah setiap orang harus makan mami.. dan aku rasa ini pilihan yang terbaik untukku...
Aku akui aku sedikit kecewa dengan jawabannya tapi hatiku bangga. Anakku sudah bisa menetapkan pilihannya dengan bebas. Aku ingat ucapan ibuku.. kita mempunyai kebebasan memilih dan memilih tidaklah mudah..tapi lebih tak mudah untuk setia pada pilihan kita. Aku berharap putriku mantap dengan pilihannya.. dan sehingga jelas kemana mengarahkan kakinya untuk melangkah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar