Biar Disapu Ombak

Biar Disapu Ombak
Lupakan.. lalu semuanya akan selesai...

Sabtu, 22 Oktober 2011

Putriku dalam Ajang Eco Friendly Fashion Competition


Orang tua mana yang tidak bangga melihat anaknya masuk dalam 18 finalis dalam sebuah kompetisi. Apapun tingkatannya, entah tingkat RT sekalipun, seperti memenangkan lomba bawa kelereng, balap karung atau makan kerupuk.. aku yakin tak ada satu orang tua pun yang tak bangga. Semua orang tua selalu bangga atas prestasi anak-anaknya.

Aku adalah seorang ibu yang amat bangga luar biasa dengan putriku sulungku. Walau kadang setengah mati meyakinkan dia untuk sedikit mendengarkan pendapatku. Ketika aku tahu dia masuk dalam ajang kompetisi yang diadakan oleh Econic ini aku setengah tak percaya. Apalagi untuk lolos harus memenuhi 9 kriteria, bahwa disainnya tidak merusak lingkungan hidup dan memanfaatkan bahan-bahan yang sudah tak terpakai lagi untuk di daur ulang. Apa ya dasar penilaian jurinya sehingga anakku bisa masuk dalam 18 finalis ini. "Jangan-jangan yang daftar hanya 20 kali.." begitu canda ku. Memang awalnya 20 finalis namun kemudian 2 orang tidak melanjutkan. Putriku hanya tersenyum sinis saja mendengarkan canda ku. Aku ditunjukkan hasil disainnya, bagaimana aku melihat dia mampu menggambar sebuah disain baju, dan kemudian aku melihat bagaimana dia menjelaskan dan memberikan nama untuk disainnya itu. Aku tak menyangka pikirannya lebih melanglang buana dibanding dengan pikiran-pikiranku. Jendela pengetahuan dan bahasanya jauh jauh lebih tinggi dan lebih luas dibandingkan aku.

Kemudian dia menghadiri sebuah workshop yang wajib diikuti. Ketika selesai mengikuti workshop dia berkata "semuanya sudah kuliah, yang SMA hanya 2 orang mi..sepertinya mereka sudah hebat-hebat.." . Aku hanya mampu berkata .."wahhh hebat dong..". Aku pikir semangatnya akan surut setelah mengetahui siapa saja yang mengikuti ajang itu. Tapi aku mulai melihatnya membongkar lemari pakaian dan mengumpulkan semua seragam kemeja putih yang sudah tak terpakai, dan mulailah terdengar bunyi mesin jahit setiap malam.

Putriku memanfaatkan seragam-seragam kemeja putih yang tak terpakai lagi. Kemudian setelah dipotong, disusun menjadi sebuah kain yang lebar dan kemudian dijahit satu baris-satu baris, menggunting disetiap barisnya dan kemudian setiap baris disikat satu persatu. Baju yang tadi menggeletak tak terpakai karena sudah tak terpakai dan untuk disumbangkan juga sudah tak pantas warna putihnya, bisa dia sulap menjadi sebuah gaun yang indah. Aku benar-benar kagum melihat idenya. Walau gaun itu hanya sederhana saja modelnya, tapi pada saat dipakai, menurutku menarik dan elegant juga. Dua disain lainnya ia memanfaatkan kain yang terbuat dari serat organik sehingga ramah lingkungan, dan dijahit dengan mesin jahit bukan listrik.

Hari-hari selanjutnya adalah hari yang penuh kesibukan. Tiga hari les menjahit dasar dua yang belum selesai, dua hari les bahasa inggris karena ia ingin bisa meraih nilai Toefel yang baik. Disela-sela sekolah dan kursusnya dia sibuk menjahit, menyikat dan memilih bahan. Sering aku melihat dia tertidur dengan sikat ditangan dan bahan yang belum selesai disikat. Bahkan disela istirahat sekolahnya, diperjalanan saat pergi denganku diiisinya dengan menyikat bahan itu. Sampai hari H saja lengannya belum selesai tersikat, dan dia menyikatnya didalam taxi yang membawa kami ke Pacific Place.

Saat hari pertama Ajang itu dimulai. Aku sudah down saat melihat semua hasil karya 17 finalis lainnya. Luar biasa..amat luar biasa. Anakku tak ada apa-apanya. Apalagi saat baju yang akan dipasang dimanequin tak muat. Rasanya aku sudah pesimis luar biasa. Apa putriku bisa menghadapi 2 hari kompetisi yang tersisa ini. Tapi aku lihat putriku amat santai. Dia terlihat tenang sekali menghadapinya. "Sepertinya harus siap kalah.." kataku. "Masuk sebagai finalis saja aku sudah senang kok.. bisa ikut fashion show ini saja aku sudah senang sekali. Apalagi ada disainer idola aku disana", Ahh..syukurlah...tapi sungguh aku tak tahu isi hatinya. Yang terang aku sudah gelisah luar biasa ketika tak ada lagi kesempatan untuk fitting baju yang sudah selesai dijahit itu ke model nya. Olala..bagaimana kalo tidak muat...pusing kepalaku. Tapi anakku.. sungguh dia bisa santai luar biasa.

Saat fashion show berlangsung, aku kaget ketika hasil kerja para finalis tidak menyebutkan nomor, nama dan apa sih konsepnya. Hanya peserta pertama saja yang keluar nama dan konsepnya setelah itu hilang semuanya. Aku bingung bagaimana seorang juri bisa tahu itu hasil karya siapa? Nomor tak ada, nama tak ada... lalu bagaimana menilainya. Melihat hasilnya kemarin saja aku sudah bingung karena menurutku seharusnya jelas..apakah mau semuanya gaun malam, gaun sehari-hari, gaun kerja, atau gaun apalah... sehingga menilainya lebih mudah.. namun ini ada yang gaunnya biasa saja, ada yang gaunnya pesta..jadi bagaimana ya memberikan penilaiannya. Belum lagi saat ajang fashion show ... tak ada nama..tak ada konsep...

Sampai fashion show berakhir..aku tak melihat hasil karya anakku keluar... Wah ada apa ini? apakah bajunya tak muat, apakah bajunya tak layak tampil diajang ini karena dihadiri menteri atau apa. Aku mulai gelisah. Ternyata kemudian di ralat oleh MC bahwa ada sesi kedua dari hasil karya finalis. Barulah aku lega setelah melihat hasil karya putriku diperagakan oleh model dan dilihat oleh banyak orang...terutama disaksikan oleh ibuku. Inilah yang terpenting.

Sepanjang perjalanan aku dan ibuku mendengar cerita putriku bahwa ia sudah menangis ketika panita bilang sudah tak bisa tampil keluar lagi karena waktu sudah habis. Padahal yang baru tampil 12 finalis. Ada yang berani bicara .. putriku diam saja menangis. Ibuku juga berkomentar amat banyak..aku juga.. buatku masih sulit mengerti bagaimana juri bisa menilai mana hasil karya finalis tanpa tahu itu hasil karya siapa. Putriku mengatakan sebenarnya tadi sudah diatur setelah model keluar, kemudian finalisnya ikut keluar beserta modelnya, dan di layar muncul nama dan konsepnya. Entah kenapa semua menjadi berantakan."Sudahlah mi..aku aja kalah gak papa kok... mungkin panitianya baru pertama kali melakukan ajang ini.." kata putriku. Tapi aku dan ibuku masih saja mengeluarkan pendapat. Apalagi ibuku yang pernah ikut ajang-ajang seperti ini.. "mungkin..jaman sudah berubah..jadi tanpa nomor dan nama juri sudah bisa menilai.."kata ibuku masih kesal sepertinya. "menurut mbah..penilaiannya tidak fair.. seharusnya kalau sudah diumumkan..finalisnya menerima hadiah dengan disertai model yang memperagakan bajunya..sehingga semua orang bisa melihat..ohhhh ini pemenangnya,,ini hasilnya.. bagus ya...". Putriku hanya berkata.."mungkin panitianya baru pertama kali mengerjakan ini mbah..". Sungguh aku dalam hati bangga dengan jawaban putriku... dia sama sekali tak menyalahkan penilaian yang tak jelas ini..dan menganggap semuanya baik-baik saja.

Ya ya.. inilah sebuah kesempatan aku mengenal putriku lebih dalam..lebih dekat.. atas keinginannya ..dan impian-impiannya. Juga atas potensi yang ada dalam dirinya. Aku menjadi tahu dia mampu menggambar dengan baik, mampu mempresentasikan hasil karyanya dan aku juga baru mengetahui bahwa diapun mampu menulis. Seperti dia menulis demikian "Konsep dari look ini sama seperti look lainnya yang merupakan konsep dari collection Checologic yaitu chic, environmental friendly dan effortless. Saya melihat pemakai dress ini sebagai orang yang sophisticated dan instantly stylish... ".. Mana menyangka aku kalau dia mampu merangkai kata-kata dengan baik.

Tapi selain itu aku jadi mengenal dunia seperti apa yang akan dimasuki putriku. Sebuah dunia yang terlihat seperti glamour, penuh cipika cipiki, baju yang kadang tak sempurna menutupi seluruh tubuh, rokok, tatto... ahhh banyak hal-hal yang sebenarnya aku kurang sreg dan menimbulkan rasa kuatir. Tapi aku serahkan semuanya pada Bapa.. aku yakin Bapa yang akan menjaganya. Aku tak ingin menghalangi impian putriku.. biarlah ia bermimpi dengan batas waktu yang jelas.. Tuhan pasti membimbingnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar