Di BPR itu gak cuman berkutat soal gimana ngejer target, dan kirim laporan ke OJK atau hal-hal lain yang berhubungan dengan Transaksi Keuangan. Tapi ada satu hal yang kita juga harus cermat. Yaitu saat berhubungan dengan Notaris.
Banyak diantara kita yang udah merasa aman tentram dan damai kalo urusan legalitas udah ditangani sama Notaris. Itu salah besar. Udah berapa kali saya kesandung-sandung gara-gara ketemu sama Notaris yang gak beres, yang menghalalkan segala cara, yang gampangin masalah, mentang-mentang diakhir akta ada tulisan "Notaris dibebaskan dari segala tuntutan yg ada dikemudian hari".
Hari ini contohnya.. Notaris yang mengaku dirinya udah senior yang udah melayani bank umum sekelas Bank Jabar dan BRI..toh juga seenaknya aja bikin pengikatan. Dari lupa minta cap jempol untuk akta yang ditanda tangani, mukanya yang tampak gak suka begitu kita kasih tahu kalo ada salah dan ketidakkonsistenan dalam penulisan nama. Sampai pembuatan SKMHT yang akan dinomorin dan ditanggalin sebulan kedepan. Lah.. kok enak bener ya bikin pengikatan seperti itu tanpa meminta pertimbangan bank. Ini Notaris gak mikir.. kalau pas tanggal di bulan depan, debitur sedang diluar kota atau sakit..apakah akta menjadi sah. Notaris ini mau enaknya aja, mau gampangnya aja. Kalau nanti debitur bilang pada saat tanggal itu dia lagi diluar kota dan dia bisa buktikan bagaimana nasib SKMHT itu.. kok ya gak dipikirin yang panjang nasib BPR nya kalau dituntut nasabah.
Bahkan beberapa hari sebelumnya saat mau tanda tangan akad kredit Notaris nya muncul saja tidak malah dikirimkan asistennya. Alesannya atas permintaan BPR Leader Sindikasi. Jelas-jelas aja saya menolak mentah-mentah untuk tanda tangan. Dalam akta sudah tertulis kalimat "menghadap notaris .. dan notaris kenal"..lah kalau yang dikirim asistennya darimana kenalnya..??? Kita ini bayar lo jasa notaris kok sesukanya begitu. Kalau memang itu permintaannya BPR nya.. ya kasih tahu dong kalau aktanya bisa cacat hukum kalau notarisnya tidak hadir, masak iya-iya aja.
Kita inikan percaya sama Notaris. Menganggap Notaris itu lebih hebat dari direktur bank, lebih hebat dari bagian legal di bank. Tapi ya jangan sesukanya mentang-mentang kita gak ngerti soal hukum dan terus gak mau didebat kalau kita gak cocok sama saran-sarannya.
Bukan cuman kali itu aja saya kesandung gara-gara Notaris. PPJB yang katanya bisa dibuatkan untuk AJB ternyata gak laku di BPN, sehingga APHT menjadi gak berlaku. Nasabahnya bermasalah pula. Notarisnya dengan santai bilang gak bisa bantu, BPN nya sulit di lobby dan tinggal mulangin aja semua biaya yang udah diterima. Terus kita BPR bagaimana.. kredit sudah keluar dan macet.
Bahkan pernah ada Notaris yang juga fatal banget kerjaannya gara-gara copy paste. Dibacakan didepan umum pula dalam pengundian berhadiah.Siapa yang paling malu .. apakah notarisnya..nggak.. yang malu tuan rumah..panitia.. malu dengan nasabah.. seolah pengundian jadi gak sah. Sampai Notaris harus dikoreksi, dan diminta untuk membaca ulang.
Semenjak itu saya menjadi paling cerewet sama Notaris. Sebelum pengikatan saya selalu berdiskusi dengan Notaris.. Bak pasien mencari second opinion. Kalo terlalu idealis saya juga nggak suka karena jadi ribet, tapi kalau ngegampangin saya juga lebih gak suka.
Mungkin beberapa Notaris bisa tobat-tobat sama saya. Saya bisa nolak tanda tangan kalo saya mrasa gak sreg. Saya bisa menunda akad kalau saya mrasa bakalan banyak masalah dikemudian hari. Idealis.. gak juga. Pengalaman yang bikin saya ketakutan. Bikin saya Parno. Ini uang bukan uang saya. Ada uang masyarakat, ada uang bank umum.. kalau sampai ceroboh dan gak bisa kembali.. bagaimana saya harus mempertanggungjawabkan. Udah dicegatin gak cacat hukum aja masih bisa susah kembali, apalagi cacat hukum.
Saya juga gak paham banget soal hukum.. tapi saya juga gak mau percaya 100% sama notaris. Apalagi kalau aktanya blanko, tanggalnya ditanggalin yang akan datang...aduh saya paling gak bisa. Saatnya saya itu harus melek hukum.. minimal gak bodo-bodo banget soal sah atau gaknya sebuah perjanjian.. masa berlaku SKMHT, APHT. Atau soal Fiducia.
Notaris itu gak selalu bener. Dia bukan dewa. Ilmunya juga beda-beda. Ada yang ngegampangin gak peduli merugikan kliennya apa tidak, ada juga yang maunya lurus tak cacat hukum. Ada baiknya kita paham semua hal yang terkait perjanjian, jual beli dan hal-hal lain yang sering terjadi di BPR, serta jangan mau tanda tangan jika tidak dihadapan Notaris .. yang kita bayar jasa Notaris bukan jasa asisten notaris.
Rasanya Asosiasi juga perlu menjembatani masalah ini, biar kita jangan sampai iya-iya aja padahal Notarisnya salah. Perlu kejasama Perbarindo dengan Asosiasi Notaris. Menyamakan persepsi biar gak salah paham dan gak salah jalan. Perbarindo membagi hal-hal yang menjadi peraturan OJK yang perlu dituangkan dalam legalitas, dan Asosiasi Notaris mensosialisasikan peraturan-peraturan yang terkait dengan pengikatan yang harus diketahui oleh Direksi BPR. Dengan demikian kita bisa menjadi polisi satu sama lain. Kita bisa ingatkan notaris kalo ngaco kerjanya karena kita paham mana yang bener mana yang nggak, dan Notaris bisa ingatkan kita kalo kita ngegampangin soal pengikitan..dan kasih tahu resiko-resiko nya.
Ah ah ah...saya ini selalu banyak maunya.. banyak mau tahunya... kadang bikin stres sendiri.. tapi lebih baik tahu dari pada gak tahu apa-apa.. lebih baik stress karena tahu salah karena abis itu takut salah.. daripada udah salah gak pernah tahu kalo salah..
Saatnya MELEK..inget notaris gak selalu bener kok... jadi jangan percaya 100%. Notaris top bukan selalu TOP kerjaannya.. Mahal gak jaminan semua dikerjakan dengan baik.
Inget.. kita membuat pengikatan karena untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan..hal-hal terburuk.. saat terjadinya pelanggaran komitmen. Jadi kalau asal buat.. karena merasa yakin gak akan terjadi apa-apa ya mending gak usah pake pengikatan aja sekalian, kan udah yakin. Jadi pastikan..apa yang diikat apa yang ditandatangani apa yang dituangkan dalam akta.. bisa digunakan untuk mengantisapi masalah dikemudian hari..bukan menambah masalah karena kita diperkarakan oleh nasabah kita karena notaris melakukan penomoran dan penanggalan pengikatan sesukanya.. atau si penandatangan tidak cakap secara hukum..atau tanda tangannya bukan dihadapan notaris tp cuman dihadapan staffnya.. atau notarisnya melanggar wilayah kerja karena kebelet pengen dapat duit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar