Biar Disapu Ombak

Biar Disapu Ombak
Lupakan.. lalu semuanya akan selesai...

Sabtu, 23 April 2011

FEMINISASI KEPEMIMPINAN.. SEBUAH RENUNGAN DI HARI KARTINI

Dalam organisasi kita Perbarindo, pengurus wanita selalu bisa dihitung dengan jari. Apalagi untuk menjabat sebagai ketua baik ketua DPD maupun ketua Komisariat, jarang sekali wanita mau menjabatnya. Padahal banyak BPR yang sekarang mempunyai direksi wanita apakah itu untuk direktur utama maupun direktur, dan banyak dari mereka yang berhasil. Namun untuk berorganisasi sepertinya belum banyak yang berkenan untuk menjadi pengurus apalagi untuk mempimpin sebuah organisasi. Begitu juga saat wanita duduk dalam kepengurusan sebuah organisasi, jarang sekali wanita menjadi orang pertama yang berbicara, selalu kaum Adam yang pertama untuk mengajukan pendapat atau memberikan saran. Wanita lebih senang memperhatikan dan menyimak saja.

Padahal wanita mempunyai kemampuan, kekuatan, keberanian dan hati untuk memimpin organisasi menuju ke tempat yang perlu mereka capai. Kita, wanita, mungkin tidak ingin menjadi seorang pemimpin organisasi, namun jika kita mempunyai keinginan untuk mempengaruhi orang lain, itu sebenarnya juga sudah sebuah kepemimpinan. Atau jika kita mempunyai ide untuk menciptakan perubahan dalam sebuah organisasi yang kebetulan kita menjadi anggotanya, itu juga sudah merupakan kepemimpinan. Jika kita bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan yang sama, atau kita mencapai hasil melalui orang lain atau semata hanya melakukan apa yang harus dilakukan, ini pun juga disebut sebagai kepemimpinan.

Sebenarnya kemampuan wanita memimpin dapat dilihat setiap saat, namun wanita tidak ingin menyebutnya sebagai kepemimpinan. Wanita lebih senang menganggapnya sebagai bekerja untuk menuju tujuan yang sama. Cara seorang wanita memimpin belum tentu dihargai, tetapi biasanya akan terjadi perubahan dalam organisasi dan inilah yang disebut dengan feminisasi kepemimpinan. Lihat saja di sepanjang sejarah kehidupan dengan sedikit atau tanpa kekuasaan formal, perempuan telah mempengaruhi arah, membuat perubahan dan mencapai hasil yang diinginkan, wanita hanya tidak pernah berani menyebutnya sebagai kepemimpinan, karena wanita pada dasarnya lebih mudah melakukan kepemimpinan, lebih percaya diri, serta nyaman selama ini tidak disebut sebagai kepemimpinan.Dan mengapa kini banyak wanita menjadi pemimpin di perusahaan baik yang berskala besar maupun kecil karena dipercayai bahwa wanita lebih banyak memberikan sumbangan besar, dengan alasan – alasan bahwa eksekutif wanita mempunyai kecenderungan lebih besar untuk :

>Berkonsultasi dengan orang lain yang ada dalam perusahaan saat pengembangan strategi.

>Melakukan pekerjaan sekaligus dengan nyaman

>Menghindari persaingan dan sering kali mencari pendekatan yang lebih bersifat kerjasama.

>Fokus pada gambaran yang lebih besar ketika membuat keputusan bisnis yang penting atau pada saat pengembangan strategi

>Lebih menekankan pada pembangunan hubungan dan juga pengumpulan fakta
>Lebih suka membahas pendekatan bisnis dan menggabungkan ide orang lain sebelum membuat keputusan akhir.

Berdasarkan gabungan faktor inilah dapat disimpulkan bahwa wanita tidak hanya mempunyai kemampuan untuk memimpin tapi juga mempunyai rasa tanggung jawab untuk melakukannya. Seperti wanita dipercaya untuk melahirkan dan mengasuh generasi selanjutnya, dan juga lihat dalam waktu yang bersamaan wanita mampu melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, misalnya saat menerima telepon, wanita masih dapat melakukannya sambil memasak, dan memperhatikan anaknya yang sedang bermain, dan masih mampu juga sambil menata meja makan. Bakat wanita ini jika dimanfaatkan secara maksimal dipercayai dapat membuat wanita mampu melakukan kepemimpinan yang lebih baik dari kaum Adam. Wanita diyakini mampu memimpin sekaligus mengelola.

Lihat saja Ibu Kartini, bagaimana seorang wanita di daerah terpencil dan terpingit, mampu mempengaruhi banyak orang dan membuat banyak wanita berpikir tentang emansipasi wanita. Kartini mampu menjadi Pelopor Kebangkitan Wanita pribumi. Apakah yang dilakukan oleh seorang Kartini ? Dimulai dari berkorespondensi dengan teman-teman yang berasal dari Belanda, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir kaum wanita di Eropa, kemudian timbul keiinginannya untuk memajukan perempuan pribumi yang saat itu berada pada status sosial yang rendah. Kartini banyak membaca surat kabar dan majalah dan sering dikutipnya dalam surat-surat yang ditulisnya. Dan kartini mampu mengungkapkan keinginan dan pandangan-pandangannya, dan juga mempengaruhi suaminya sehingga mendukung keinginan Kartini untuk mendirikan sekolah wanita.

Lalu apalagi alasan kita untuk tidak mulai masuk dalam sebuah organisasi atau jika kita sudah berada di organisasi mengapa kita tidak turut serta aktif didalamnya. Perbarindo tidak hanya membutuhkan kaum Adam untuk menjalankan roda organisasi, tapi sentuhan kepemimpinan wanita juga dibutuhkan disini. Seperti disebutkan diatas, kepemimpinan itu tidak harus menduduki kursi sebagai ketua organisasi, tapi ikut memberikan masukan dan pandangan-pandangan, berkarya nyata, mempengaruhi organisasi untuk menuju kearah yang lebih baik, atau memberikan ide-ide untuk perubahan yang lebih baik, itu juga sudah merupakan kepemimpinan. Namun bila kita, kaum wanita ingin menjadi Ketua Organisasi.. ?? Mengapa tidak.. itu juga bukan merupakan hal yang tabu…

Kita mendapatkan kekuatan, keberanian, dan kepercayaan diri dari setiap pengalaman ketika kita berhadapan langsung dengan rasa takut. Kita harus melakukan hal-hal yang kita pikir tidak mungkin dapat kita lakukan.(Eleanor Rooselvet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar