Mungkin saya adalah orang yang paling kurang kerjaan dalam kepanitiaan Tabprindo, yang mau menghabiskan waktu untuk membongkar perpustakaan saya untuk mencari jejak langkah Tabprindo. Tabprindo seperti sesuatu yang amat dekat dengan kehidupan saya dalam berorganisasi. Melihatnya bagaimana dulu dilahirkan sampai periode saat ini, ada rasa bangga ada rasa sedih. Bangga karena keyakinan yang teguh yang ditularkan dan selalu dikuatkan oleh Ketua DPD DKI saat itu, sedih karena Tabprindo menjadi polemik disaat keanggotaan melorot dan kepanitiaan yang seperti tak bersemangat.
Kita Mundur Untuk Melihat Sejarah Tabprindo
Masih ingat dalam benak saya bagaimana saat itu terjadi perbedaan pendapat antara Pengurus DPD Perbarindo DKI dengan Pengurus DPP Perbarindo mengenai Pilot Project Tabungan Bersama yang akan dilaksanakan di wilayah DPD DKI Jaya. Saya waktu itu bukanlah seorang sekretaris seperti saat ini, namun hanyalah pengurus di Komisariat Bekasi Timur dan kemudian diminta untuk masuk ke DPD DKI mengisi pergantian antar waktu.
Konflik memang sepertinya merebak antara DPD Perbarindo DKI Jaya dan DPP Perbarindo karena ketidakpuasan masing-masing atas pengurus yang akan mewakili duduk di kepengurusan Tabprindo. DPP Perbarindo keberatan dengan seseorang yang mewakili DPD DKI duduk di kepanitian Tabprindo, begitu juga dengan DPD DKI yang keberatan dengan pengurus yang dikirimkan oleh DPP untuk duduk di kepanitiaan Tabprindo. Kedua belah pihak menganggap dirinya sama-sama benar. Dan akhirnya muncul edaran dari DPP Perbarindo, bahwa pengurus DPP menarik dukungannya terhadap Tabprindo sehingga beberapa anggota yang telah mendaftar banyak yang mengundurkan diri. Entah kenapa masing-masing mempertahankan orang-orang tersebut yang jelas-jelas semuanya tahu bahwa kedua orang tersebut tak mungkin dapat disatukan dalam satu kemudi, karena ada masalah pribadi antar kedua orang yang diminta mewakili tersebut di BPR tempat mereka berkarya.
Lalu kenapa saya bisa mendapatkan cerita ini ? Karena orang yang menjadi sumber konflik sering menghubungi saya. Seorang sudah meninggal namun seorang lagi masih ada sampai sekarang walau sudah tak lagi menggeluti dunia BPR.
Hubungan yang tak harmonis antara DPP Perbarindo dengan DPD DKI saat itu sudah bukan menjadi rahasia, dan salah satu faktor pemicu ketidakharmonisan ini adalah Pilot Project Tabungan Bersama yang diberi nama Tabprindo. Konflik ini terus berlangsung sampai pada masa Direktur DKBU BI ibu Ratna E. Amiyati, yang tak pernah lelah untuk mencoba mengharmoniskan keduanya. Bahkan sebagai bukti bahwa DPP telah mendukung Tabprindo kembali nama Tabprindo dimunculkan dalam website DPP Perbarindo yang beralamat di www.perbarindo.or.id, walau saat ini sudah tidak muncul lagi. Pengurus DPP pun selalu mengusahakan untuk hadir dalam setiap acara pengundian Tabprindo jika diminta kehadirannya oleh DPD DKI. Bahkan beberapa pengurus DPP mulai tertarik untuk bergabung di Tabprindo, namun ternyata masih banyak hal yang menjadi kendala.
Saya amat salut dengan kegigihan Ketua DPD DKI saat itu. Walau tanpa dukungan, dia tetap yakin untuk terus melanjutkan Tabprindo. Saya yang awalnya tak tertarik dengan program ini karena disarati konflik, akhirnya memilih bergabung bahkan bersedia menjadi Bendahara dalam periode pertama dan kedua. Sehingga muncullah nama saya dalam Rekening DPD Perbarindo DKI Jaya khusus untuk Tabprindo yang dibuka di BRI Tanah Abang. Yang menandatangani rekening itu adalah Ketua dan sekretaris DPD DKI Jaya, Ketua dan Bendahara Tabprindo periode pertama.
Rekening ini tetap aktif sampai saat ini dan hanya khusus untuk semua transaksi Tabprindo. Dan Tabprindo telah mencapai periode ke 11, yang dari awal dimulai dari 22 BPR dengan jumlah pengumpulan dana masyarakat 6,76 M, dan mencapai jumlah anggota terbesar adalah pada periode ke 5 dan mengalami penurunan sehingga di periode 11 hanya beranggotakan 32 BPR. Namun secara jumlah Dana yang tergalang, mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan jumlah terakhir 21.58 M.
Kita mudur untuk mengerti apa itu Tabprindo ?
Walau saya mengikuti perkembangan Tabprindo dari awal, tapi saya tetap membutuhkan saksi mata lain terhadap sejarah Tabprindo. Karena banyak cerita sejarah yang sekarang bermunculan tentang Tabprindo. Saya membuka-buka majalah Suara BPR Jaya yang merupakan majalah produk dari DPD Perbarindo DKI. Saya mencari tulisan-tulisan tentang Tabprindo. Saya ingat dulu pernah ada tulisan sahabat saya mengenai perjalanan Tabprindo, bagaimana Team Tabprindo berkumpul dan berpikir untuk mempersiapkan peluncuran Tabprindo kepada anggota di DPD Perbarindo DKI. Walau dia sekarang sudah tak lagi terlibat di dalam Tabprindo tapi perannya sangat luar biasa di Tabprindo ini, dan saya sebagai pribadi memberikan dua jempol bahkan jika bisa empat jempol pun akan saya berikan, untuk semua kontribusinya yang amat luar biasa. Sayangnya edisi yang muat itu belum saya temukan sampai pagi ini.
Dalam Majalah Suara BPR Jaya yang pemimpin umumnya adalah Ketua DPD Perbarindo DKI Jaya dan sekitarnya. dan Pimpinan Redaksinya adalah sahabat saya yang saya berikan acungan jempol di atas itu, di Edisi VI / Agustus 2008, termuat kalimat seperti ini di halaman 20.
Tabprindo merupakan salah satu produk Tabungan yang diluncurkan pertama kali pada tanggal 19 Desember 2005 dengan mendapat dukungan penuh dari Bank Indonesia, sebab tujuan dari tabungan ini adalah untuk meningkatkan image BPR di mata masyarakat di samping untuk meningkatkan fungsi BPR sebagai lembaga intermediasi dalam penghimpunan dana pihak ketiga. Tabprindo sendiri merupakan singkatan dari Tabungan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia yang merupakan salah satu program yang akan terus dikembangkan oleh pencetusnya dan sekaligus pengelolanya yaitu Perbarindo DKI Jaya dan sekitarnya.
Tentunyanya tulisan ini tak akan terbit begitu saja tanpa campur tangan dan ijin dari Ketua DPD DKI saat itu. Jadi saya meyakini ini sebagai fakta sejarah.
Fakta sejarah lainnya adalah adanya SK Pengangkatan oleh DPD Perbarindo DKI untuk panitia Tabprindo diawal Tabprindo berdiri dan terus berlanjut sampai beberapa periode, dan baru terjadi masalah saat
beberapa periode terakhir dimana terjadi ketidakjelasan personil pengurus Tabprindo karena sulitnya anggota untuk diminta menjadi pengurus. Dan hal itu dibiarkan terkatung-katung sampai sekarang. Dan kita secara kolegial adalah penyebabnya. Surat-surat yang dikeluarkan oleh Tabprindo pun awalnya selalu dibubuhi tanda tangan Ketua DPD Perbarindo DKI. Undangan, Backdrop, Standing Banner pun selalu disandingkan dengan logo DPD Perbarindo DKI Jaya. Bahkan Tabprindo dimasukkan sebagai program kerja bagian Litbang.
Apakah ini belum cukup untuk membuktikan bahwa memang ada keterkaitan antara DPD Perbarindo DKI Jaya dan sekitarnya. Dan kenapa harus bermunculan cerita tentang Tabprindo dalam berbagai versi.
Mengapa kita harus berpikir mundur kebelakang ?
Ini adalah yang ada di benak saya.. Kenapa kita sekarang menjadi diributkan oleh dari mana Tabprindo berasal? Kenapa kita tak berpikir untuk kepentingan Tabprindo ke depan. Apapun sejarah Tabprindo fakta nanti yang akan berbicara, dan itu sebenarnya tak perlu menjadi polemik. Kenapa juga kita harus meributkan rekening Tabprindo dan ingin memindahkan pada rekening yang lain? Apakah karena ada sejumlah uang? Bukankah uang itu bukan milik kita, uang itu adalah uang amanah yang harus kita pertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Lalu kenapa kita juga harus membingungkan dimana sekretariat Tabprindo, bukankah dari dulu Tabprindo bersekretariat menjadi satu dengan DPD Perbarindo DKI Jaya.
Apakah tak lebih baik kita berpikir ke depan. Bergandengan tangan untuk memajukan Tabprindo. Bagaimana Tabprindo bisa menjadi Go Nasional seperti mimpi kita. Bagaimana Tabprindo bisa menggalang anggota lebih banyak dan lebih banyak lagi. Bagaimana kita kita membuat Tabprindo mengangkat image Industri BPR kita. Bagaimana kita bisa membuat perhelatan pengundian yang meriah dan pantas diliput banyak media. Bagaimana kita bisa membuat promosi bersama yang membuat BPR makin dikenal masyarakat. Bagaimana kita harus memperbaiki Panduan Tabprindo sehingga jelas bagi seluruh anggota dan panitia. Bagaimana kita bisa menggandeng banyak pihak untuk mendukung Tabprindo dan menghindari ekslusivme yang menghambat dukungan. Bagaimana Tabprindo bisa memberikan fasilitas kepada banyak anggota, dari pendidikan yang terkait dengan promosi Tabprindo sampai membuat laporan Tabprindo, bahkan pendidikan-pendidikan lainnya. Bagaimana menggiatkan kembali Bakti Sosial yang diselenggarakan Tabprindo dengan lebih bermakna untuk masyarakat. Bagaimana membuat Perlombaan atau kompetisi yang tekait dengan pelayanan Tabprindo atau yang memacu SDM BPR untuk berprestasi.. dan bagaimana-bagaimana lainnya. Ini adalah PR kita bersama yang belum kita selesaikan, namun kita sudah disibukkan oleh polemik.
Mau dibawa kemana Tapbrindo ?
Semuanya berakhir ditangan anggota. Saya berharap semua dapat berpikir jernih dan bijaksana. Keputusan yang akan dihasilkan apapun itu, jika kita tak mau bergandengan tangan, akan berdampak buruk terhadap Tabprindo. Yang diperlukan sekarang adalah kesadaran kita semua untuk mau bersehati memajukan Tabprindo. Hidup mati Tabprindo ada ditangan kita bersama. Haruskah setiap konflik harus menyebabkan kerugian bagi banyak pihak. Sebuah PR bagi yang berkonflik dan juga PR bagi anggota untuk berani menentukan sikap bagi kelangsungan hidup Tabprindo kedepan. Mari kita berpikir
bersama apakah dampak setiap keputusan yang kita ambil. Apakah akan membawa efek yang baik atau membawa efek yang buruk. Dan apabila Tabprindo di serahkan untuk dikelola oleh sebuah lembaga diluar DPD Perbarindo DKI Jaya, mungkin juga perlu dipertanyakan bagaimana Lembaga itu bisa menjawab semua pertanyaan “bagaimana-bagaimana” di alinea atas, dan berapakah dana serta anggota yang akan berhasil digalang, apakah bisa lebih baik dari pengelolaan dibawah DPD Perbarindo DKI Jaya.
Karena untuk pengelolaan tersebut pasti akan dikeluarkan sejumlah biaya dan tentu saja harus bisa dipertanggungjawabkan kepada seluruh anggota.
Tabprindo pasti tetap terbuka bagi siapa saja untuk berkontribusi, kalau bukan kita yang berkontribusi lalu siapa lagi. Kalau bukan kita yang memikirkan Tabprindo lalu siapa lagi. Mau dibawa kemana Tabprindo.. jawabannya ada di anggota Tabprindo. Semua pengurus yang saat itu melahirkan Tabprindo telah berani bermimpi dan mewujudkannya.. dan sekarang sanggupkah kita sebagai anggota berkontribusi untuk memajukan Tabprindo kedepan sehingga Tabprindo yang ada adalah Tabprindo yang damai dan penuh prestasi yang bisa dibanggakan. Tabprindo juga sebagai ajang pembuktian bahwa konflik bisa kita selesaikan dengan baik karena ada kasih dan kesehatian diantara kita, dan kita buktikan bahwa bekas konflik tak menghambat anggota dan panitia Tabprindo untuk berkiprah lebih baik dan lebih baik lagi. Apakah ini hanya mimpi.. ??? Biarlah ini diawali dengan mimpi..paling tidak kita sudah berani bermimpi.. dan semoga Tuhan memberi kita kesehatian untuk mewujudkannya. Amin.
Terima kasih telah bekenan membaca tulisan ini.