yang saya baca, yang saya amati, yang saya alami, yang saya rasakan, yang saya pelajari, yang saya khayalkan, yang saya renungkan, yang saya perdebatkan, yang saya imajinasikan..... yang saya ceritakan untuk menginspirasi...
Minggu, 21 Agustus 2011
Belajar dari Kegagalan - Leadership In Action
Ini adalah bagian pertama dari Buku Leadership in Action. Di bagian ini walaupun berisi artikel-artikel yang dimuat dalam majalah Business Review di kolom Kepemimpinan, namun telah dipilah-pilah dan dikelompokkan berdasarkan isi dari masing-masing artikel. Di bab ini kita diajak untuk banyak belajar dari orang lain. Pembelajaran itu menurut Peter Senge adalah tentang membuat kesalahan. Membuat kesalahan sekali adalah wajar darinya kita belajar untuk lebih baik.
Belajar dari Sri Mulyani
Sri Mulyani terlalu mengandalkan kekuatan yang dimilikinya, terlalu percaya diri. Kurang peka terhadap konteks yang dialami sebagai menteri keuangan. Ia kurang menyadari bahwa kekuatan politik itu berorientasi pada kekuasaan dapat melakukan apa saja untuk menghancurkan lawan politiknya dan pihak yang tidak mendukung. Ia dibiarkan sendiri menjadi bulan-bulanan. Tapi itulah kotornya politik. Pengabulan permohonan Sri Mulyani untuk mundur merupakan tanda kurang teguhnya pemimpin tertinggi menghadapai tekanan politik kelompok kepentingan yang terganggu adanya perubahan.
Belajar dari Buku How The Mighty Fall-Jim Collins
Lima tahapan yang biasanya dialami perusahaan besar menuju kehancuran :
1. Perusahaan akan mengalami kemunduran jika pemimpinnya mulai sombong.
2. Pemimpinnya serakah ingin memasuki bidang apa saja
3. Perusahaan mengabaikan resiko dan acaman eksternal
4. Pemimpin perusahaan melakukan penyelamatan dengan mengganti CEO lama dengan CEO baru yang lebih karismatik, yang biasanya melancarkan program transformasi organisasi dan merumuskan strategi baru yang sangat berani tapi belum pernah terbukti keefektivitasnya.
5. Perusahaan kehilangan harapan dan menyerah untuk di akuisisi atau dilikuidasi.
Belajar dari Soeharto
Suharto adalah pemimpin yang besar. Meninggalkan jasa yang besar untuk Indonesia. Satu-satunya kesalahan terbesarnya adalah terlalu lama berkuasa. Banyak pemimpin yang sangat pandai naik ke puncak karir tapi tidak tahu bagaimana harus turun setelah berada di atas.(endriartono Sutarto)
Dan seharusnya seorang pemimpin tidak diberikan berbagai macam gelar sebelum paku terakhir ditancapkan di peti matinya. (Mochtar Riady)
Belajar dari Kasus Jamsostek
Sebagai pemimpin puncak khususnya dalam struktur two boards di Indonesia, kita harus mampu menciptakan budaya yang kondusif guna membangun kerjasama dgn semua pihak. Mutual Respect dan Mutual Trust serta budaya untuk membangkitkan perasaan saling ketergantungan harus benar-benar dibangun. Budaya ini dapat dibangun dari proses komunikasi yang terbuka, dialog yang sehat dan kemampuan pemimpin untuk mengambil sikap flexibility dan emphaty. Belajar dari kesalahan adalah wajar dan darinya kita belajar untuk lebih baik.
Belajar Decision Making dari Baterai Eveready
Proses pengambilan keputusan yang terpusat di kantor induk di Amerika yang lamban, birokratis dan terlalu terpusat merupakan penyebab hancurnya perusahaan ini. Perusahaan ini menjadi sangat arogan dan terlalu percaya diri karena berhasil. Saat anak perusahaannya berteriak telah muncul baterai ABC, kantor pusat tetap mengatakan baterai ABC tak kan mampu mengungguli dominasi dan kecanggihan baterai eveready.
Belajar dari IBM
IBM yang dibangun dan dibesarkan oleh Thomas J. Watson dari tahun 1924, adalah perusahaan besar yang sering dijuluki Big Blue. Perusahaan yang sangat di hormati dan mampu menciptakan nilai berlipat ganda serta sangat menguntungkan pemegang sahamnya.
IBM dikenal dengan 3 nilai dasarnya yaitu :
1. Respect for individual
IBM adalah perusahaan yang sangat menghormati setiap individu, baik yang bekerja di perusahaan maupun yang diluar perusahaan termasuk pelanggan, pemasok dan anggota masyarakat.
2. Best Consumer Service
Selalu berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya. Dari sales enginer sampai dengan mesin pengganti yamg selalu siap sedia.
3. Pursuit of excellence in everything we do
IBM tidak pernah berkompromi dengan mutu dan keunggulan terbaik dari apapun yang dilakukan termasuk pengembangan produk, pelayanan pelanggan dan kualitas SDM.
Lalu kenapa IBM pada awal tahun 1990 mengalami guncangan hebat ?
IBM mengalami guncangan hebat karena kesuksesannya sendiri. IBM dijangkiti penyakit Arogansi dan kemapanan sebagaimana juga dialami perusahaan sukses lainnya.
IBM kurang waspada terhadap munculnya fenomena munculnya personal computer. IBM menganggap personal komputer tidak punya masa depan. IBM mengalami kelumpuhan paradigma karena arogansinya. Sama halnya dengan industri arloji swiss yang terkalahkan oleh arloji Jepang.
Bukan value based leadership yang menyebabkan kemunduran IBM, tapi karena kelumpuhan paradigma. Kita belajar bahwa walalupun sukses kita harus tetap berhati-hati. Setiap perkembangan harus diperhatikan. Setiap saat bisa terjadi perkembangan yang dapat memporakporandakan pondasi keberhasilan perusahaan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar