Sebenarnya seseorang ini bukan orang baru dalam kehidupanku. Dia suster kepala di SMA ku. Dulu melihatnya aku takut setengah mati. Ada saja yang salah dalam tindakanku. Dari pakaian yang kekecilan karena aku mudah sekali gemuk, sampai surat ayah yang memberitahukanku kalau aku sakit padahal aku tak sakit..tapi karena aku kelelahan mengerjakan tugas gambar puzzle sehingga tak sempat belajar untuk ulangan hari itu. Heran sekali kenapa suster bisa tahu kalau aku berbohong.
Mendapat ranking di sekolah memang membuat bebanku luar biasa berat, aku selalu kuatir dengan nilai-nilaiku. Aku kuatir jika rankingku melorot beberapa tingkat. Dan ini ternyata sudah menurun kepada putri bungsuku. Yang begitu ketakutan jika tidak ranking satu. Aku berkali mengatakan.."mami tak masalah jika Keke tidak ranking satu.. asal Keke paham seluruh pelajaran itu sudah cukup.. asal Keke mengerti tugas dan tanggung jawabnya mami sudah cukup." Walau dalam hati aku memang berharap dia mampu mempertahankannya. Tapi aku tak ingin dia tahu...karena itu hanya menambah bebannya saja.
Seseorang ini tidak begitu saja hadir dalam hidupku. Setelah lepas dari SMA aku melanjutkan pendidikan di IKIP Jakarta. Mengambil Jurusan Pendidikan Dunia Usaha Akuntansi. Sehingga aku harus menulis skripsi tentang pendidikan, inilah yang membuatku sampai kembali di SMA ku dan bertemu kembali dengan Susterku ini.
Aku mengajar di SMA ini. Susterku ini memang selalu menjadi penyemangat aku. Semula aku hanya mengajar akuntansi, kemudian diminta mengajar Hitung Dagang, kemudian mengajar Ekonomi. Aku tak boleh menolak. Tak boleh berkata tidak bisa jika belum mencoba. Akhirnya aku mencoba dan mencoba.
Walaupun sudah tidak menjadi anak SMA tetap saja aku masih sering sedikit takut jika Susterku itu memperhatikan dari jendela saat aku mengajar. Membuat aku salah tingkah luar biasa. Haduhhhh... bisa mulas aku dibuatnya.
Akhirnya aku terpaksa meninggalkan sekolah ini ketika otakku sedikit error.. ya error.. karena saat itu memang aku sudah bekerja di sebuah perusahaan.. paruh waktu. Selesai mengajar aku bekerja. "Dari..kamu dibayar berapa sih disana.. saya bayar lebih dari disana..kamu bekerja saja satu hari disini seperti karyawan lain.." begitu kata Bos ku. Otakku yang sedikit error membayangkan mendapat uang yang lebih dan tidak perlu belajar, tidak perlu membuat soal, tidak perlu memeriksa ulangan..membuatku menerima tawaran itu. Ibuku tak setuju dengan keputusanku. Sepertinya ibu merasa lebih nyaman aku berada disekolah daripada bekerja kantoran. Susterpun terlihat kecewa.
Ah..tapi penawaran itu sepertinya lebih mengasyikkan. Dan memang mengasyikkan sampai aku tak mampu menyelesaikan skripsiku dan aku mengambil jalur non skripsi..untuk lulus sarjana. Ibuku marah luar biasa. Nanti kamu tidak bisa S2 begitu katanya putus asa. Aku katakan "aku tidak mau S2..".
Kalau ingat pertengkaran ini..aku sering malu sendiri. Beda sekali dengan putri sulungku. Saat kukatakan.. "Enak ya bisa kerja di rumah sambil ngajar les privat..kamu begitu aja Na..di rumah ngajar Inggris.." dia menjawab.."Kok rendah amat sih mi mimpinya.. aku gak suka seperti itu.." ...plakkkkkk... rasanya kalau urusan semangat aku sangat kalah dengan putriku yang satu ini.. "Na..nanti kamu bisa tidak menikah..kalau cara kamu seperti itu.." kata putri cantikku menegur sang kakak. "Kalau laki-laki hanya menghambat..ya tidak usah menikah.." begitu sahutnya.. Astaga..ada yang salah rasanya disini.
Akhirnya aku lama tak bertemu dengan susterku itu. Sampai acara bakti sosial yang mempertemukan aku kembali dengan susterku ini. Rasanya aku sulit menolak jika temanku mengajak aku untuk bergabung di acara bakti sosial yang dibuat oleh Susterku ini. Aku ingin menebus rasa kecewanya padaku saat aku meminta ijin untuk meninggalkan SMA dulu. Walaupun dia belum tentu mengingatnya.
Dia juga bertandang ke rumah ibuku..mengunjungi BPR ku. Aku suka dengan kehadirannya. Karena selalu saja ada nasihat darinya..selalu ada saja cerita-cerita yang menginspirasiku. Walaupun pembicaraan kami acapkali masih terkesan formal. Rasa takut ku itu belum lenyap..aku masih kuatir jika aku salah bicara..
Tuhan ternyata memang ingin membuatku dekat dengannya. Kami makin sering dipertemukan. Entah untuk urusan bakti sosial entah untuk urusan lainnya. Kami sering berbagi cerita. Suster menceritakan tugas-tugas pelayanannya. Aku sering diminta cerita tentang kondisi suamiku. Tak bosan Suster menanyakannya setiap perkembangannya. Bahkan membantu mencarikan terapis, menawarkan diri menemani aku mengantar suamiku terapi. Ahh.. aku jadi sering tak enak jadinya.
Ada saja cerita yang kami bagi. Sosok yang dulu membuatku takut sekarang menjadi sosok yang amat dekat denganku. Penuh nasihat yang selalu menguatkan aku. Aku juga menjadi malu dengan kedisiplinannya. Dan juga bagaimana suster mengapresiasi pemberian orang lain. Pernah aku mengirimkan lemari kaca yang sudah tak terpakai. Suster mengajak aku melihat bagaimana lemari kaca itu digunakan di klinik tumbuh kembangnya. "Lihat Ri..ini lemari kacamu.. sudah berisi penuh buku-buku sumbangan.. buku sudah tersusun rapi tinggal didata dan dibuat dengan konsep seperti perpustakaan..." begitu katanya sambil menunjukkan lemari yang sudah penuh dengan buku. Buku di kantorku saja tak serapi buku-buku suster, apalagi buku-buku di rumah..menumpuk dimana saja aku mau menumpuk.
Ya.. sepertinya suster hadir dalam kehidupanku untuk menghibur aku.. menguatkan aku.. disaat hatiku tak nyaman..disaat aku merasa ditinggalkan. Aku memang tak pernah bercerita apa yang aku rasakan. Tapi kadang kala ceritanya amat pas dengan suasana hatiku. Tuhan sudah menambahkan satu orang lagi dalam kehidupanku. Menemaniku melalui hari-hariku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar