Biar Disapu Ombak

Biar Disapu Ombak
Lupakan.. lalu semuanya akan selesai...

Jumat, 02 September 2011

Menjadi Lentur dan Lunak untuk menjadi Kuat..




Lagi-lagi masih dari buku Leadership in Action karya Subarto Zaini, karena memang buku ini belum selesai aku baca. Aku belum mampu mempraktekan membaca kilat, mungkin karena sudah kena faktor U. Satu kalimat saja harus aku baca berulang-ulang agar aku mampu memahami. Mungkin selain harus belajar membaca kilat, aku juga harus meminum suplemen untuk menambah kecerdasan.

Subarto Zaini mengajak kita untuk mendengarkan Lao Tzu. Jika ingin tahu siapa Lao Tzu, coba ingat kalimat bijak ini "Suatu perjalanan seribu mil dimulai dari satu langkah" Nah ini lah kalimat bijak dari Lao Tzu lebih dari 2500 tahun yang lalu dia mengatakan kalimat bijak ini. Dan lihat hingga kini kalimat itu masih tetap relevan.

Siapakah Lao Tzu ?
Lao Tzu adalah seorang pemikir dan ahli falsafah China kuno yang menjadi penasihat kaisar dan para pemimpin politik China pada jamannya. Tugasnya adalah memberikan masukan pada mereka agar para pemimpin menjadi lebih arif dan bijak dalam menjalankan kepemimpinannya. Lao Tzu menghimpun pemikirannya dalam sebuah buku yang berjudul Tao Te Ching yang artinya buku bagaimana sesuatu terjadi atau berlangsung.

Lalu apa yang dikatakan Lao Tzu tentang kepemimpinan ?
Lao Tzu meyatakan bahwa seorang pemimpin adalah laksana air. Air membersihkan dan menyegarkan semua mahluk dan semua benda ciptaan Tuhan. Tanpa membeda-bedakan, tanpa pandang bulu, dan tanpa pilih kasih. Dengan meneladani air seorang pemimpin harus cair dan responsif, yang berarti harus luwes, lunak dan tidak memaksakan diri.

Sebagai pemimpin kita seharusnya dapat bekerja sama dengan siapapun dan dalam keadaan apapun. Bicaranya jujur dan sederhana. Ia hanya mengintervensi pekerjaan anggota tim jika diperlukan dan hanya untuk memperjelas dan menciptakan keserasian. Seorang pemimpin yang tidak memaksakan kehendaknya tidak akan menghadapi penolakan dan resistensi dari anak buahnya.

Seharusnya kita jangan mengukur kesuksesan diri kita berdasarkan pujian. Jika berdasarkan pujian kita akan selalu dihatui oleh kecemasan sepanjang hidup kita. Kalau dipuji kita senang, tapi jika mendapatkan kritik kita merasa terpukul. Ketenaran dan reputasi memang berat bagi kita sebagai pemimpin.

Lalu apa ukuran yang tepat sebagai kesuksesan seorang pemimpin ?
Ternyata ukuran kita sebagai pemimpin ditentukan dari keberhasilan kita dalam mendidik dan mengembangkan anggota Tim atau bawahan kita. Menurut Lao Tzu jika anak buah kita atau anggota tim kita sering mencela kita jika kita tidak berada di antara mereka itu artinya banyak yang harus kita perbaiki sebagai pemimpin. Namun bila anggota tim atau bawahan kita selalu menyanjung kita, memuji kita apabila kita tidak ada diantara mereka, kita boleh patut merasa lega. Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang anggota timnya mengatakan "Kita mampu mengerjakan sendiri".

Pemimpin itu bisa diibaratkan seorang bidan. Tugasnya hanya membantu melahirkan bayi bukan dia yang melahirkan. Yang melahirkan tetap sang ibu. Dia hanya menciptakan situasi agar sang ibu merasa terbantu dan nyaman dalam melahirkan sang bayi. Demikian lah seharusnya kita sebagai pemimpin, kita tak perlu mengintervensi. Kita wajib membuat kehadiran kita dirasakan oleh anggota tim kita untuk memberikan dorongan atau bantuan bila diperlukan.

Sebagai pemimpin ternyata kita harus memiliki dua aspek dalam kepemimpinan, yaitu aspek maskulin (Yang) dan aspek feminim (Yin). Aspek maskulin ini artinya pemimpin harus mampu mengambil keputusan serta bertindak dengan tegas dan penuh kekuatan. Namun juga harus mampu mempunyain aspek Feminin agar pemimpin mampu menjadi pemimpin yang sangat terbuka, mudah menerima pendapat dari orang lain dan mampu menunjukkan kelemahlembutan yang menyegarkan dan menyehatkan.

Sebagai pemimpin yang ingin menjadi pemimpin yang arif kita harus menyadari adanya paradoks dalam kehidupan. Unjuk kekuatan biasanya menunjukkan kelemahan. Apa yang naik, pasti akan turun. Kalau kita ingin kaya, maka banyaklah memberi. Air akan mengikis habis batu karang. Semangat akan mengalahkan kekuatan. Yang lemah akan mengalahkan yang kuat.

Cinta kasih kepada semua mahluk, kesederhanaan, kesetaraan dan kewajaran merupakan kualitas seorang pemimpin, yang dapat mengantarkan kita kegerbang kesuksesan. Karena itu bisa membuat sebuah keharmonisan.

Diakhir tulisannya Subarto menuliskan kesimpulan dari perenungannya tentang pengajaran Lao Tzu ini. Pada saat dilahirkan, manusia itu lentur dan lunak. Pada saat meninggal ia kaku dan beku. Apa yang lentur dan lunak cenderung tumbuh dan berkembang. Apa yang kaku dan beku adalah tanda kematian.

Kemampuan untuk menjadi Lentur dan lunak akan membuat pemimpin menjadi lebih kuat. Yang Lentur dan lunak itu kuat. Yang kuat itu lemah. Kedengarannya aneh ya.. lunak bisa kuat..kuat bisa jadi lemah. Tapi sepertinya masuk akal juga. Itulah salah satu paradoks yang menjadi pegangan kepemimpinan berbasis Tao. Apakah kita berani menerapkannya. Menjadi lentur dan lunak untuk menjadi kuat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar