Sudah 2,5 tahun Yo menderita Afasia. Jika dahulu dikatakan Afasia Global karena Yo benar-benar tidak mampu untuk memahami bahasa dan juga mengkomunikasikan apa yang ada di kepalanya, saat ini Yo sudah bisa membaca kembali, mengerti apa yang kami bicarakan, namun dia belum bisa menuangkan apa yang ada dalam pikirannya kepada kami, belum mampu menulis dengan baik karena tak mengerti apa yang harus ditulisnya. Jika kami mendiktekan sebuah kata pun belum tentu dia dapat menuliskannya. Berhitungpun juga menjadi hal yang sulit untuk Yo, tapi Yo malas mengerjakan PR dari terapisnya..kadang putri bungsu kami diminta untuk mengerjakannya. Awalnya putri bungsu kami ingin membantu mengajarkan Yo berhitung..tapi Yo kadang memaksa putri kami memberitahu jawabannya dan Yo tinggal menuliskannya..itupun sering salah.
Jika Yo menginginkan sesuatu misalnya surat kabar, dia tak mampu menyebutnya sebagai surat kabar..kadang menyebut nama benda lain, akhirnya sekarang dia akan menunjuk benda yang dimaksud jika dia meminta. Yang paling repot adalah jika dia meminta sesuatu yang tak ada contohnya di rumah. Misalnya dia ingin martabak manis, dia tak akan bisa mengatakan martabak manis..sehingga kami harus menebaknya terlebih dahulu dengan menyebutkan berbagai macam makanan yang digemarinya.
Dan hal yang paling parah adalah dia lupa siapa namanya apalagi nama kami orang-orang terdekatnya. Semuanya diingatkan kembali satu persatu. Kadang jika sudah satu kata menempel dikepalanya, misalnya nama anak kami yang pertama dia akan menjawab terus dengan nama anak kami yang pertama apapun pertanyaannya. Seiisi rumah dipanggil "Ming" olehnya. Entah itu aku, anakku, mbak yang membantu di rumah, kakaknya, adiknya ..semuanya..bahkan sampai tukang somay pun akan dipanggil "Ming". Jika kami tidak menengok maka Yo akan makin keras memanggilnya..walaupun kami sudah mengadakan kesepakatan tidak akan dilayani jika tidak memanggil nama, tapi itu hanya menjadi kesepakatan tanpa komitmen .. dia selalu melanggarnya.
Afasia ternyata lebih membuat Yo menderita daripada kelumpuhan yang dideritanya. Kelumpuhannya sudah hampir pulih, sayang saja Yo tak mau bersemangat dalam berlatih, sehingga perkembangannya kadang menjadi lambat. Afasia menyebabkan Yo tak mampu bekerja, tak mampu berkomunikasi dengan orang lain. Hanya kenekatanku saja yang membuat Yo berani berinteraksi dengan orang lain, walaupun kadang aku harus menanggung malu. Kadang ada yang begitu sabar mendengar jawabannya, bahkan kadang ada yang menjawab "maaf saya tidak mengerti bapak bicara apa " dan kemudia meninggalkan Yo, tanpa peduli bagaimana perasaan Yo mendengar jawaban itu.
Walaupun tak dapat berkomunikasi dengan baik, Yo dengan keterbatasannya mampu menunjukkan jalan, bahkan masih lebih baik dari GPS yang sering aku pakai. Yo hidup dengan rutinitas yang sama setiap hari dan tak pernah terlewat satupun. Bangun, menyobek kalender, membaca kalender rohani harian, membuka gorden dan jendela, kemudian memeriksa lampu apakah semua lampu sudah dipadamkan atau belum. Selalu begitu dari hari ke hari. Setiap malam sebelum tidur Yo selalu mematikan lampu, memastikan lampu padam di ruang tamu dan kemudian membaca renungan harian.
Afasia membuat Yo tak mampu bekerja, tak mampu mengungkapkan perasaannya, membuat Yo memukul-mukul kepalanya karena tak mampu menyampaikan apa yang ingin disampaikan. Afasia membuat Yo seperti memiliki dunianya sendiri dan kami tak bisa menyelami apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya.
Saat aku tak mampu menerima kenyataan ini ibuku berkata.. bangunan yang telah dibangun bertahun-tahun itu telah runtuh.. tapi bukan berarti tak bisa dibangun lagi.. bangun perlahan-lahan pasti nanti akan berdiri kembali bangunan itu. Itu adalah tugasmu saat ini, kenyataan yang harus kamu hadapi. Hadapilah dengan sabar dan ikhlas.
Seorang terapis meyakinkan aku.. jika ibu dulu mampu membesarkan putri-putri ibu dari seorang bayi yang tidak tahu apa-apa, tak bisa berbahasa dan tidak bisa apa-apa menjadi putri-putri yang hebat dan mampu berkomunikasi dengan semua orang, pasti ibu mampu membuat bapak yang saat ini belum mengerti apa-apa, lupa segalanya.. untuk mengingat kembali satu persatu masa lalunya.. dan berkomunikasi dengan keluarga.
Inilah derita yang paling dalam, saat kita tak bisa berkomunikasi dengan orang yang kita kasihi. Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan untuk bisa menerima semua keadaan ini. Amat menyakitkan memang..tapi inilah yang ada didepanku..dan aku harus berani menghadapinya.. Bahkan disaat aku menyadari bahwa 2,5 tahun telah terlewati.. dan saat ku selama 2 minggu menangisi hasil MRI .. karena aku merasa tak punya lagi harapan...aku harus berusaha untuk menerimanya. Bahkan harapan yang ditawarkan untuk pemulihan pun ternyata mengandung resiko yang luar biasa. Nelangsa...itulah yang aku rasakan.
Tapi akankah aku hanya diam menangisi keadaan ini.. dan tak mau melakukan apapun... diam di rumah.. bukankah selama 2,5 tahun aku bisa menerimanya kenapa disaat aku melihat hasil MRI seakan aku tak percaya dan mempertanyakan..apakah sia-sia penantianku selama 2,5 tahun ini.. apakah semua memang berhenti sampai disini saja... Apalagi aku mengingat betapa sulitnya Yo diatur dalam segala hal. Amat sulit... terutama dalam hal makanan. Apalagi saat tingkat stress ku begitu tinggi maka pelarianku adalah makanan..dan aku menikmatinya berdua Yo.. dia melupakan afasianya..aku melupakan kekecewaanku..
Besok aku memutuskan untuk kembali ke dunia aku..tak sepantasnya aku bersembunyi di rumah menangisi sebuah kenyataan yang sebenarnya sudah bisa aku jalani selama 2,5 tahun. Aku yakin tangan Tuhan tak akan pernah berhenti bekerja... Ya Bapa sekiranya inilah yang harus ada dalam hidupku..aku akan menerimanya tapi ijinkan aku meminta berilah aku kekuatan ya Tuhan, kesabaran dan keikhlasan untuk bisa menerima semuanya ini. Amin
Dari sebuah blog aku menemukan sedikit pengetahuan tentang afasia..dan aku ingin membaginya dengan siapa saja yang memerlukan informasi ini.
--------------------------------------------
HASIL pemeriksaan kesehatan mantan Presiden Soeharto yang diumumkan awal pekan ini menyebutkan bahwa penguasa Orde Baru itu mengalami gangguan berbahasa yang disebut afasia. Gangguan itu berasal dari gejala sisa stroke yang dialaminya tiga tahun lalu.
Tak banyak yang paham kalau akibat stroke bukan hanya lumpuh. Soalnya, hasil penelitian ASEAN Neurological Association (Asna) di tujuh negara ASEAN menunjukkan, hanya 15 persen yang mengalami gangguan neuropsikologi ini. Sebagian besar (95 persen) mengalami gangguan motorik, termasuk kelumpuhan.
Dampak stroke memang amat bervariasi, tergantung bagian mana dari otak yang terkena. Namun, karena lesi atau kerusakan itu bisa terjadi di mana saja maka gangguan tidak selalu tunggal. Stroke adalah serangan otak mendadak akibat tersumbatnya dinding pembuluh darah di otak. Aliran darah jadi terhambat atau pembuluhnya pecah sehingga terjadi perdarahan. Sel-sel otak yang kekurangan atau kelebihan darah tentu bisa rusak. Kerusakan yang menetap menimbulkan berbagai gangguan motorik maupun perilaku.
Menurut dr Silvia Francina Lumempouw SpS dari Subbagian Fungsi Luhur Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, afasia muncul karena gangguan di bagian-bagian otak yang bertugas memahami bahasa lisan dan tulisan, mengeluarkan isi pikiran,mengintegrasikan fungsi pemahaman bahasa dan mengeluarkannya, serta mengintegrasikan pusat fungsi berbahasa ini dengan lainnya.
Di pusat bahasa, manusia memahami dan mengenal huruf, suku kata, arti kata,kalimat sederhana, kalimat bertingkat sampai yang kompleks dan abstrak,serta berbagai macam bahasa. Sedang di bagian lain ada yang bertugas mengeluarkan isi pikiran secara lisan dan tulisan, yang berarti harus berkoordinasi dengan pergerakan otot-otot jari.
Umumnya afasia muncul bila otak kiri terganggu. Soalnya, otak kiri bagian depan berperan untuk kelancaran menuturkan isi pikiran dalam bahasa yang baik, dan otak kiri bagian belakang untuk mengerti bahasa yang didengar dari lawan bicara. “Namun, ada beberapa laporan penelitian yang menyatakan gangguan ini dapat terjadi di belahan otak kanan, meski kasusnya sangat jarang,” papar Lumempouw.
***
GANGGUAN afasia terdiri dari afasia Broca, Wernicke, global, konduksi,transkortikal motorik, transkortikal sensorik, dan transkortikal campuran.
Seseorang disebut afasia global bila semua modalitas bahasa-meliputi kelancaran berbicara, pengertian bahasa lisan, penamaan, pengulangan,membaca, menulis-terganggu berat. Penderita tidak ada suara sama sekali dan tidak mengerti apa yang dikatakan lawan bicara, serta tidak bisa membaca dan menulis. Ini terjadi karena kerusakan otak yang luas disertai kelumpuhan otot-otot tubuh sisi kanan.
Afasia Broca atau afasia motorik merupakan ketidakmampuan bertutur kata. Namun, ia mengerti bila diperintah dan menjawab dengan gerakan tubuh sesuai perintah itu. Karena kerusakan terjadi berdampingan dengan pusat otak untuk pergerakan otot-otot tubuh, penderita juga lumpuh di otot-otot tubuh sebelah kanan.
Afasia Wernicke atau afasia sensorik merupakan ketidakmampuan memahami lawan bicara. Ia hanya lancar mengeluarkan isi pikiran, tetapi tidak mengerti pembicaraan orang lain. Itu sebabnya mengapa orang sering menganggap penderita sakit jiwa. Pada tingkat sangat berat, perintah satu kata, seperti “duduk!” atau “makan!”, juga tidak dipahaminya. Ia hanya mengerti bila dilakukan dengan gerakan, karena pengertian ini diterima otak melalui penglihatan.
Afasia konduksi merupakan ketidakmampuan mengulangi kata atau kalimat lawan bicara. Namun, penderita masih mampu mengeluarkan isi pikiran dan menjawab kalimat lawan bicaranya.
Afasia anomik membuat penderita ini tidak mampu menyebut nama benda yang dilihat, angka, huruf, bentuk benda, dan kata kerja dari gambar yang dilihat. Ia juga tak bisa menyebut nama binatang yang didengar suaranya atau benda yang diraba. Gangguan anomik terdapat pada semua penderita afasia dengan variasi kemampuan.
Pada afasia transkortikal sensorik, gangguan mirip dengan Wernicke, tetapi mampu menirukan kata/kalimat lawan bicara. Gangguan pada afasia transkortikal campuran mirip afasia global, namun mampu meniru ucapan lawan bicara.
***
BERBAGAI tes wawancara, membaca, menulis, menggambar, ataupun melakukan tugas-tugas tertentu bisa digunakan untuk mengetahui terjadinya kerusakan otak. “Kalau ada gangguan komunikasi, misalnya mengemukakan pikiran tidak lancar, tetapi paham diajak bicara, bisa ditebak pasti ada kerusakan dibagian depan. Ini tinggal dicocokkan dengan pemeriksaan pendukung, seperti CT-Scan pada otak,” jelas Lumempouw.
Pemeriksaan ini amat penting untuk terapi dan rehabilitasi pasien. Umumnya sel-sel otak yang tertekan atau membengkak bisa membaik kembali. Sedang sel-sel otak yang kerusakannya menetap, tugas-tugasnya akan diambil alih oleh sel-sel di sekitarnya.
Dengan adanya beban tambahan pada sel-sel baru-tentunya sudah punya tugas lain sebelumnya-maka mutu setelah rehabilitasi tidak bisa sebagus keadaan sebelum infark. Karena itu, hal terbaik adalah menghindari faktor-faktor risiko yang bisa memicu stroke, seperti merokok, makan makanan yang berkolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. (nes)
Hangtuah Digital Library
ibu...
BalasHapusjangan merasa menderita sendiri.
saya mengalami nasib persis sama dengan ibu,
suami afasia global.
dan 3 orang anak sedang butuh biaya dan perhatian.
tapi semuanya mari kita serahkan kepada yang punya segalanya.
dan kita hanya bisa mohon diberi kekatan untuk menjalani semua.
semoga allah selalu memberikan yang terbaik buak kita semua.
amin...