Biar Disapu Ombak

Biar Disapu Ombak
Lupakan.. lalu semuanya akan selesai...

Jumat, 23 September 2011

Mengulur Golden Time Mencegah Kecacatan


Teknologi kedokteran terkini mampu mengulur golden time penanganan stroke hingga 8 jam.

Senyum, Gerak Bicara
Salah satu langkah penting dalam penanganan stroke adalah mengenali gejala.
Ada langkah mudah untuk mengenali seseorang terkena gejala stroke. Istilahnya, senyum, gerak, bicara.
Perinciannya :
● Mintalah ia tersenyum, apakah wajahnya menjadi perot?
● Mintalah untuk mengangkat kedua lengannya, apakah tidak sama tinggi?
● Bertanyalah, apakah ia menjawab dengan suara pelo?
Jika iya, mungkin orang tersebut terkena stroke. Segera periksakan ke rumah sakit yang tepat




TIGA jam. Itulah batas waktu penanganan stroke. Dunia medis mengenalnya sebagai golden time penanganan stroke. Golden time dihitung sejak gejala mulai menyerang. Saat itulah penanganan harus segera dilakukan. Jika tidak tertangani hingga golden time terlewati, sel-sel otak yang terserang akan mati. Dampaknya, persarafan yang terhubung dengan sel-sel tersebut juga ikut mati. Jika kebetulan yang terkena adalah saraf pengatur gerak kaki, kaki penderita akan lumpuh. Jika yang kena saraf pengatur organ bicara, penderita akan kesulitan mengucap kata-kata. Dengan kondisi yang demikian, tidak mengherankan bila saat ini stroke masih menduduki peringkat satu dalam daftar penyakit penyebab kecacatan. Rupanya, golden time terlalu singkat. Tentu saja para pakar kedokteran tidak tinggal diam. Sejumlah metode dikembangkan agar penanganan stroke jadi lebih mudah dan cepat, serta mengupayakan agar golden time bisa diperpanjang sehingga stroke masih bisa ditangani meski sudah lewat dari 3 jam. Salah satu hasil upaya itu adalah metode penanganan stroke dengan intervensi neuroradiologi. Menurut interventional radiologist dr Terawan Agus Putranto SpRad(K)RI, metode yang relatif baru itu memberi harapan lebih pada penderita stroke. ‘’Metode ini dapat mengulur golden time dari 3 jam menjadi 6 hingga 8 jam,’’ ujar Terawan pada seminar bertajuk Recent Advance on Stroke, Sabtu (2/10) di Mayapada Hospital, Tangerang.
Lebih lanjut Terawan menjelaskan, stroke bisa disebabkan terjadinya perdarahan di otak
(hemoragik) atau karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak (iskemik).
Metode intervensi neuroradiologi yang dimaksud Terawan fokus pada penanganan stroke iskemik. ‘’Prinsipnya, mirip kateterisasi dalam penanganan serangan jantung,’’ ujar Terawan yang menjadi Kepala Sub Radiologi Instalasi Radionuklir RSPAD Gatot Subroto, Jakarta ini.
Teknisnya, lanjut Terawan, sebuah kateter dimasukkan melalui pembuluh darah di lipat
paha pasien. Kateter adalah alat berbentuk pipa kecil panjang yang fleksibel. Menyusuri pembuluh darah, kateter itu diarahkan menuju pembuluh darah otak yang tersumbat.
Dokter memantau dan mengarahkan kateter itu dengan bantuan layar fl uoroskopi yang
mencitrakan perjalanan kateter menyusuri pembuluh darah secara live.
Selanjutnya, melalui kateter itu dimasukkan peralatan tambahan untuk berbagai tindakan
lanjutan, seperti memasukkan obat penghancur sumbatan, menyedot sumbatan, melakukan
pembalonan, bahkan memasang stent (ring/cincin). Targetnya, sumbatan hilang,
aliran darah di otak kembali lancar, kematian sel otak bisa dicegah, kecacatan pun bisa
dihindari. Seluruh tindakan dikendalikan dari luar tubuh pasien dengan bantuan gambar live di
layar fluoroskopi. ‘’Mirip kateterisasi jantung, tapi alat-alatnya berbeda, tindakannya
juga menuntut kehatihatian lebih karena pembuluh darah otak lebih bervariasi jika dibandingkan dengan pembuluh darah jantung,’’ terang Terawan.

Metode konvensional penanganan stroke iskemik dilakukan dengan pemberian obat yang berfungsi menghancurkan sumbatan (trombolisis). Trombolisis harus dilakukan dalam waktu 3 jam setelah gejala muncul. Lewat dari itu, trombolisis tidak bermanfaat dan justru memperbesar risiko perdarahan otak. Dengan intervensi neuroradiologi, sumbatan yang sudah berusia 6-8 jam masih mungkin untuk dihilangkan. Sayangnya, ketersediaan layanan intervensi neuroradiologis ini masih terbatas di kota-kota besar.
‘’Metode ini relatif baru. Pendidikan kepada dokter dokter di seluruh daerah terus dilakukan agar layanan ini bisa diakses oleh lebih banyak orang yang membutuhkan,’’ jelas Terawan.
Time is brain Pada kesempatan sama, Senior Director Mayapada Health Care Prof dr Satyanegara SpBS kembali mengingatkan masyarakat akan pentingnya mengenali gejala dan menangani stroke secara cepat dan tepat.
‘’Time is brain. Itulah prinsip penanganan stroke. Semakin banyak waktu terbuang, semakin
banyak sel-sel otak yang mati, semakin fatal pula akibatnya,’’ jelas Prof Satya.
Saat ini, lanjut Prof Satya, belum ada metode yang bisa memulihkan sel-sel otak yang
telah mati. Teknologi sel punca (stem cell) yang diyakini bisa membentuk sel-sel baru, saat
ini masih dalam tahap penelitian.
‘’Jadi, langkah terbaik adalah kenali gejalanya. Jika mendapati gejala, segera ke rumah
sakit yang memiliki fasilitas penanganan stroke. Jangan ditunda-tunda,’’ pesan Prof
Satya. (S-2)
eni@mediaindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar